Dili (ANTARA News) - Seorang tokoh senior tentara pemberontak Timor Leste menyerahkan diri pada hari Minggu, kata seorang pejabat militer. Tokoh penting yang menyerahkan diri itu diduga terlibat serangan terhadap presiden dan perdana menteri Timor Leste pada bulan lalu. Tentara pemberontak menyerang rumah Presiden Jose Ramos-Horta pada tanggal 11 Februari yang menyebabkan sang presiden cedera berat. Perdana Menteri Xanana Gusmao, yang lolos tanpa cedera dalam serangan terpisah, memerintahkan militer dan polisi membentuk komando gabungan untuk menangkap para pengikut Alfredo Reinado, pemimpin pemberontak, yang terbunuh dalam serangan itu. Amaro da Costa, atau dikenal sebagai Susar, menyerah kepada komando gabungan itu di Turiscai, 120 km arah selatan dari Dili, sebagaimana diungkapkan Filomeno Paixao, kepala komando gabungan tersebut pada konferensi pers, Minggu. Surat perintah penahanan sudah diterbitkan terhadap 17 tersangka yang terlibat serangan serangan itu, antara lain wakil pemimpin pemberontak, Da Costa dan Gastao Salsinha, yang menggantikan Reinado sebagai pemimpin pemberontak. "Kami juga telah melakukan kontak langsung maupun tak langsung dengan Gastao Salsinha," kata Paixao. seraya meenambahkan dirinya berharap pemimpin pemberontak itu segera menyerah. Perdana Menteri Gusmao mendesak Da Costa dan pemberontak lainnya mau bekerja sama. "Saya meminta anda bekerja sama dengan komando gabungan sehingga orang dapat hidup dengan tenteram," kata Gusmao di istana, seperti dikutip Reuters. Timor Leste berada dalam keadaan darurat sejak serangan itu terjadi. Negara tersebut selama ini tidak dapat mencapai stabilitas sejak merdeka tahun 2002. Angkatan darat terpecah ketika tahun 2006 sekitar 600 tentara dipecat. Hal itu memicu kekerasan antar faksi yang menewaskan 37 orang dan 150 ribu lainnya mengungsi dari rumah mereka. Tentara asing diterjunkan untuk memulihkan hukum dan ketertiban di negara bekas jajahan Portugis tersebut. Dewan Keamanan PBB pekan lalu memperpanjang satu tahun mandat misi penjagaan perdamaian PBB di Timor Leste dengan alasan keamanan dan situasi kemanusiaan di negara tersebut masih rapuh. (*)
Copyright © ANTARA 2008