Baghdad (ANTARA News) - Presiden Mahmoud Ahmadinejad melakukan perjalanan penting ke Irak Ahad ini dan ia menjadi presiden Iran pertama yang berkunjung sejak kedua negara bertetangga itu terlibat perang berlarut-larut pada 1980-an yang menewaskan satu juta orang. Lawatannya itu diperkirakan akan menjadi simbolisme yang sebenarnya, karena hal itu akan mempererat hubungan antara Iran Syiah dan pemerintah pimpinan-Syiah di Baghdad. Kunjungannya akan diikuti dengan seksama oleh musuh lamanya Amerika Serikat, yang memiliki lebih dari 150.000 tentara di Irak. Ahmadinejad, yang dikenal karena ucapan provokatifnya, telah mengatakan bahwa AS yang harus disalahkan karena kekerasan di Irak dan minta tentara AS untuk pergi. "Keamanan bagi Irak adalah keamanan bagi Iran, dan itu tidak menyenangkan musuh karena mereka tidak menginginkan stabilitas di wilayah itu, supaya mereka dapat meneruskan campurtangan mereka dalam urusannya dan membenarkan kehadiran militernya," ia mengatakan dalam satu wawancara dengan wartawan Irak yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar setempat. Berbicara pada malam lawatannya ke Baghdad, Ahmadinejad mengatakan kunjungannya akan membantu meningkatkan keamanan di Irak. "Itu tentu saja akan membantu memperkuat bangsa dan pemerintah Irak... serta perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut," ia mengatakan pada televisi negara Iran. "Penarikan pasukan pendudukan adalah keuntungan setiap orang," ia menambahkan. Washington mengatakan Teheran telah memasok senjata dan melatih milisi Muslim Syiah untuk menyerang tentara AS, tuduhan yang Teheran bantah. Kedua negara juga berselisih mengenai program nuklir Iran. Pengaruh Iran di Iran bertambah secara substansial sejak serangan pimpinan-AS 2003 menggulingkan Saddam Hussein, dan beberapa pengamat mengatakan Ahmadinejad akan menggunakan kunjungannya untuk menunjukkan pada Washington bahwa Iran adalah kekuatan di Irak yang tidak dapat diabaikan atau dikesampingkan. Wakil Menlu Iran Alireza Sheikh-Attar mengatakan Ahmadinejad akan menandatangani lima hingga 10 perjanjian dalam kunjungannya. Tidak ada peran AS Beberapa pejabat AS di Baghdad mengatakan mereka tidak akan memainkan peran dalam kunjungan Ahmadinejad dan bahwa militer AS tidak akan terlibat dalam melindungi dirinya saat melakukan perjalanan keliling. Saat Ahmadinejad, presiden Iran pertama yang berkunjung sejak Revolusi Islam 1979, terbang ke Bandara Internasional Baghdad, pesawatnya akan diawasi oleh pengawas udara Irak. Dan tidak seperti Kunjungan Presiden George W. Bush yang diliputi kerahasiaan ketat untuk mengurangi risiko dari serangan gerilyawan, perjalanan Ahmadinejad telah diumumkan secara terbuka. Juga, tidak seperti Bush, Ahmadinejad akan menginap di Irak. Rincian jadwal pada hari pertama kunjungannya yang diumumkan sejauh ini memberi kesan ia mungkin tidak akan masuk Zona Hijau yang dilindungi-AS yang menampung kementerian Irak dan kedutaan besar AS. Malahan ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Wakil Presiden Adel Abdul-Mahdi, keduanya orang Syiah, dan Presiden Jalal Talabani, orang Kurdi, di rumah Talabani di distrik Karrada di Irak tengah dan tinggal malam itu di tempat tersebut, kata pejabat Irak, seperti dilaporkan Reuters. Abdul-Mahdi mengatakan Sabtu bahwa Irak ingin menggunakan kunjungan Ahmadinejad untuk memecahkan sejumlah perselisihan yang telah berlangsung lama termasuk memutuskan masalah perbatasan bersama mereka, persoalan penting yang memicu perang 1980-88 antara kedua negara. Beberapa pengamat mengatakan meskipun telah dilaporkan dukungannya pada milisi Syiah, Iran lebih menyukai kestabilan jika tidak perlu Irak yang kuat. Negara itu secara luas dianggap berada di balik gencatan senjata yang diserukan oleh ulama Syiah dan pemimpin milisi Tentara Mahdi Moqtada al-Sadr Agustus lalu. Para pemimpin Syiah Irak memiliki hubungan dekat dengan Iran karena banyak yang tinggal di pengasingan di Iran pada masa pemerintahan Saddam, meskipun pengaruhnya atas mereka tidak jelas. Iran dan Irak juga memiliki hubungan ekonomi dan kebudayaan yang kuat. Puluhan ribu warga Iran dan Irak melintasi perbatasan untuk mengunjungi tempat suci. Iran juga mengatakan pihaknya telah menawarkan pinjaman 1 miliar dolar pada Irak untuk sejumlah proyek yang akan ditangani oleh perusahaan Iran. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008