Oelamasi, NTT (ANTARA) - Kepala Desa Netemnanu Utara, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Wemfied Komeo, mengemukakan warga di wilayah perbatasan dengan Distrik Oekusi, negara Timor Leste itu hingga kini masih terisolasi terhadap akses telekomunikasi.
"Akses telekomunikasi untuk warga di sini masih jauh tertinggal dibandingkan daerah lain. Untuk menelepon, mengirim SMS saja masih terbatas apalagi untuk internet," katanya kepada Antara di Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Timur, sekitar 140 kilometer dari Oelamasi, Ibu kota Kabupaten Kupang, Kamis.
Ia menjelaskan, akses telekomunikasi warga di wilayah beranda terdepan NKRI itu hanya mengandalkan satu tower kecil sebagai pemancar jaringan dengan kuota pengguna yang terbatas.
"Jaringan hanya untuk 50 pengguna, jadi ketika kita hendak mengakses namun penggunanya sudah memenuhi kuota maka harus menunggu karena untuk telpon, SMS, tidak bisa dilakukan," katanya.
Baca juga: 3.000 Lokasi Terpencil Dijangkau Telkomsel
Ia mengatakan, bahkan untuk kebutuhan internet sama sekali tidak bisa diakses warga karena ketiadaan jaringan telekomunikasi seluler (Telkomsel) seperti yang sudah dinikmati daerah lain.
"Jadi memang seperti itu kondisinya, kalau bicara telekomunikasi ataupun akses internet, untuk kami di perbatasan rasanya masih hanya sebatas mimpi," katanya.
Ia mengatakan, sebagian besar warga di daerah setempat terpaksa menggunakan akses telekomunikasi dari negara tetangga Timor Leste dengan menggunakan kartu Telemor.
Hanya saja, lanjutnya, biaya penggunaan jauh lebih mahal baik untuk pembelian kartu, kebutuhan pulsa maupun mengakses internet.
"Kalau dibandingkan dengan Telkomsel, biaya jauh lebih mahal ketika menggunakan Telemor, sebulan bisa sampai ratusan ribu rupiah kalau ingin membeli paket internet," katanya.
Baca juga: Akses internet jangkau 2.451 lokasi di daerah tertinggal
Wemfied mengatakan, keterbatasan ini membuat daerah setempat masih sangat terisolasi terhadap berbagai perkembangan informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Dijelaskannya, kesulitan akses komunikasi ini tidak hanya dialami warga namun juga dalam menjalankan urusan kepemerintahan di desa.
"Sering kami dari aparat desa tidak bisa menghadiri undangan pemerintah kabupaten karena surat email yang dikirim masuknya lambat, ada yang sehari menjelang kegiatan, sementara akses transportasi darat ke kota bisa sehari perjalanan," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat setempat sudah lama mengharapkan kehadiran jaringan telekomunikasi yang memadai terutama dari pihak Telkomsel Indonesia sebagai operator terkemuka di Tanah Air.
"Hanya saja sampai sekarang belum ada pembangunan itu, meskipun sekitar Februari lalu sudah ada tim dari Telkomsel yang datang untuk meninjau kondisi di sini namun belum ada tindak lanjut," katanya.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019