Guangzhou, China (ANTARA News) - China akan berhadapan dengan musuh bebuyutannya, Korea Selatan, untuk merebut gelar juara dunia beregu tenis meja, setelah kedua tim-tangguh Asia tersebut memenangi pertandingan semifinal di Guangzhou, Sabtu. China, yang merupakan juara tak terkalahkan sejak 2000, secara mudah mengalahkan Hongkong di semifinal, tetapi Korea Selatan menghadapi perlawanan keras dari tim "underdog" Jepang, yang pemain-pemain mudanya pantang menyerah. Pertandingan final hari Minggu akan merupakan pertandingan ulangan kejuaraan dunia dua tahun lalu, dengan Korsel mendapat kesempatan untuk membalas dendam atas kekalahannya dari Cina. Juara Olimpiade Ryu Seung-Min mengatakan Korsel berharap bisa mengalahkan China, karena tim bertabur bintang itu mempunyai beban berat untuk mempertahankan gelar. "Kami mempunyai alasan untuk berpendapat bahwa kami bisa mengalahkan Cina. Korea Selatan cukup kuat dan para pemain China akan merasa gugup dan terbebani secara psikologi untuk tampil baik di sini," kata pemain nomor delapan dunia itu. Ryu dengan mudah mengalahkan pemain Jepang Kaii Yoshida straight set hari Sabtu. Tetapi, Pemain Korsel, Lee Jung-Woo, harus berjuang bermain lima set untuk menaklukkan bintang remaja Jepang, Jun Mizutani yang berusia 18 tahun. Kan Yo harus mengakui keunggulan lawannya dari Jepang, juga dalam lima set, sebelum Ryu turun kembali untuk mengalahkan Mizutani dan memenangkan pertandingan untuk timnya. Ryu menghargai Jepang, yang para pemainnya bermain mengesankan di turnamen ini, dengan menempati posisi teratas di grup mereka. Supremasi China tidak pernah diragukan atas Hongkong. Tiga pemain teratas dunia segera menghancurkan wilayah China bagian selatan itu di hadapan pendukung yang memujanya. Petenis meja peringkat teratas Hongkong, Li Ching, berjuang dengan gagah berani saat ketinggalan 2-0 untuk menghentikan sepak terjang juara Piala Dunia, Ma Lin, di pertandingan pembukaan. Li, peringkat 11 dunia, mengeluarkan segala kemampuannya untuk melawan Ma, tetapi pemain nomor dua dunia itu tetap tenang dan akhirnya memenangi set ketiga dengan skor 19-17. Juara dunia Wang Liqin kemudian menundukkan bintang Hongkong yang sedang menanjak, Tang Peng, sebelum pemain nomor satu dunia, Wang Hao menghentikan perlawanan Hongkong. Meskipun meraih kemenangan, Wang Liqin, pemain tertua dalam timnya pada usia 29 tahun, mengatakan ia merasa terbebani pada kejuaraan tersebut, dimana ia harus menang agar lolos ke Olimpiade. "Saya cemas saya tidak akan tampil cukup baik dan para pelatih barangkali tidak akan memilih saya untuk tampil di Olimpiade Beijing, jadi saya harus konsentrasi keras pada semua pertandingan saya," kata Wang setelah menang straight set, seperti dikutip AFP. Tim putri China, yang tak terkalahkan pada kejuaraan ini sejak tahun 1993, akan berhadapan dengan Singapura di final Sabtu petang. China menggunakan kejuaraan dunia tersebut sebagai ajang pemanasan yang sempurna bagi Olimpiade Beijing. Mereka berusaha mendominasi cabang olahraga tersebut di pesta olahraga dunia tersebut, yang akan diselenggarakan di di Beijing Agustus tahun ini. (*)
Copyright © ANTARA 2008