Masalah kemacetan lalu lintas di ruas jalan lain tersebut lebih disebabkan faktor kebiasaan masyarakat. Jika sudah terbiasa, saya yakin masalah itu akan hilang. Butuh pembiasaan saja

Yogyakarta (ANTARA) - Sejumlah permasalahan yang muncul saat pelaksanaan uji coba pertama semi pedestrian di Jalan Malioboro akan dikaji dari dua sisi, yaitu permasalahan yang muncul karena masyarakat belum terbiasa dengan perubahan yang terjadi atau permasalahan akibat faktor lain.

“Kami memahami jika pada uji coba pertama ada beberapa masalah yang muncul. Tetapi, perlu dilihat lagi apakah masalah itu disebabkan faktor kebiasaan atau masalah yang muncul tersebut adalah masalah yang nyata,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, jika masalah yang muncul tersebut disebabkan masyarakat belum terbiasa dengan perubahan yang diterapkan, maka masalah tersebut perlahan-lahan akan hilang setelah masyarakat terbiasa dengan aturan lalu lintas di kawasan Malioboro saat penerapan semi pedestrian.

“Makanya, perlu ada uji coba kedua, ketiga, keempat dan seterusnya untuk pembiasaan baik untuk wisatawan yang berkunjung maupun pelaku wisata di Malioboro,” katanya

Namun, lanjut dia, jika permasalahan tersebut bukan disebabkan oleh faktor kebiasaan masyarakat, maka perlu dicarikan solusi terbaik agar masalah tersebut tidak kembali muncul dan merugikan masyarakat.

Beberapa catatan permasalahan yang muncul saat pelaksanaan uji coba semi pedestrian di Jalan Malioboro di antaranya adalah munculnya kemacetan lalu lintas di ruas jalan lain, serta tamu hotel yang sulit mengakses hotel di kawasan Malioboro.

“Saya kira, masalah kemacetan lalu lintas di ruas jalan lain tersebut lebih disebabkan faktor kebiasaan masyarakat. Jika sudah terbiasa, saya yakin masalah itu akan hilang. Butuh pembiasaan saja,” katanya.

Baca juga: Uji coba semipedestrian di Malioboro terus berlanjut
Baca juga: Konsep Malioboro semipedestrian akan diuji coba setiap Selasa Wage



Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Agus Arif mengatakan, permasalahan yang muncul saat uji coba semi pedestrian Malioboro lebih banyak disebabkan belum terbiasanya masyarakat terhadap perubahan yang diterapkan.

“Butuh proses dan sosialisasi yang terus menerus, termasuk menyesuaikan istilah-istilah teknis agar lebih mudah dipahami masyarakat. Misalnya Tempat Khusus Parkir (TKP) akan diistilahkan dengan taman parkir saja supaya lebih familier,” katanya.

Ketersediaan lokasi parkir bagi pengunjung Malioboro selama pelaksanaan uji coba semi pedestrian, lanjut Agus, perlu terus disosialisasikan sehingga pengunjung tidak kesulitan mengakses parkir. Beberapa lokasi parkir yang bisa dimanfaatkan selama uji coba di antaranya parkir Senopati, Abu Bakar Ali, Sriwedani, eks UPN, Ngabean dan sekitar Pasar Beringharjo.

Agus mengatakan, masyarakat bisa memanfaatkan aplikasi peta digital untuk mengakses lokasi-lokasi parkir tersebut.

Sedangkan terkait sulitnya akses tamu hotel di Jalan Malioboro selama pelaksanaan uji coba semi pedestrian, Agus menyebut, masih ada beberapa alternatif moda transportasi yang bisa dimanfaatkan untuk mengakses hotel.

“Bisa menggunakan kendaraan tidak bermotor seperti becak, atau memakai Transjogja. Becak bisa diakes dari Stasiun Tugu dan dari bandara bisa memakai Transjogja. Saya kira, ini juga masalah pembiasaan saja. Becak bahkan menjadi transportasi favorit saat uji coba semi pedestrian kemarin,” katanya.

Agus menyebut, perubahan Jalan Malioboro menjadi kawasan semi pedestrian ditujukan untuk membangun citra dan karakter kawasan yang lebih baik sehingga kawasan tersebut tetap menjadi tujuan utama wisata di Kota Yogyakarta.

Uji coba semi pedestrian kawasan Malioboro tahap kedua rencananya digelar pada Selasa Wage, 23 Juli.

Baca juga: Menataan Malioboro perlu investor
Baca juga: Pengusaha di Malioboro persilakan pemda uji coba konsep semipedestrian

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019