Tokyo (ANTARA) - Harga minyak berjangka AS mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari sebulan di perdagangan Asia pada Kamis pagi, karena badai potensial mengancam produksi minyak mentah di Teluk Meksiko dan insiden yang melibatkan kapal tanker Inggris di Timur Tengah menyoroti ketegangan yang sedang berlangsung di sana.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 11 sen menjadi diperdagangkan di 60,54 dolar AS per barel pada pukul 00.55 GMT (07,55 WIB), setelah sebelumnya menyentuh tertinggi sejak 23 Mei di 60,63 dolar AS. Minyak mentah WTI naik 4,5 persen di sesi sebelumnya.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent turun 5 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 66,96 dolar AS per barel, setelah berakhir naik 4,4 persen pada perdagangan Rabu (10/7/2019).
Lima kapal yang diyakini milik Pengawal Revolusi Iran mendekati sebuah kapal tanker minyak Inggris pada Rabu (10/7/2019) dan memintanya untuk berhenti di perairan dekat Iran, tetapi mundur setelah kapal perang Inggris memperingatkan mereka melalui radio, kata seorang pejabat pertahanan AS pada Kamis.
Ketegangan tinggi di Timur Tengah setelah serangan terhadap tanker dan jatuhnya pesawat AS oleh Iran bulan lalu, menyusul penarikan sepihak Presiden Donald Trump dari perjanjian internasional dengan Teheran untuk mengakhiri program nuklirnya.
Produsen minyak AS pada Rabu (10/7/2019) memotong hampir sepertiga dari produksi minyak mentah Teluk Meksiko karena perkiraan akan terjadinya salah satu badai besar pertama saat musim badai Atlantik dapat mengancam produksi minyak lepas pantai.
Lima belas anjungan produksi dan empat rig dievakuasi di utara tengah Teluk Meksiko, menurut regulator AS ketika perusahaan minyak memindahkan pekerja ke tempat yang aman sebelum badai yang diperkirakan datang pada Jumat (12/7/2019).
Operasi di Louisiana Offshore Oil Port, satu-satunya pelabuhan AS di mana kapal tanker minyak mentah terbesar dapat memuat dan menurunkan muatan, masih berlangsung normal pada Rabu pagi (10/7/2019), kata seorang jurubicara.
Kenaikan harga minyak juga didukung oleh penurunan persediaan AS. Stok minyak mentah AS turun 9,5 juta barel dalam sepekan hingga 5 Juli. Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan, penurunan lebih dari tiga kali lipat dari yang diperkirakan oleh analis untuk penarikan 3,1 juta barel karena kilang-kilang meningkatkan produksi.
"Tidak ada yang lebih awal untuk musim badai mendukung harga minyak, tetapi melihat data EIA, itu melukiskan gambaran yang lebih cerah untuk pasar minyak AS," kata Stephen Innes, managing partner, Vanguard Markets di Bangkok .
"Impor turun, ekspor kemungkinan naik dan pemanfaatan kilang pada tertinggi tahunan," katanya.
Persediaan sekarang telah jatuh selama empat minggu berturut-turut, menurut EIA, dan data resmi minggu ini mengikuti perkiraan industri serupa dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa (9/7/2019), yang menunjukkan penurunan besar dalam persediaan sebanyak 8,1 juta barel.
Baca juga: Harga minyak naik lebih dari satu persen di Asia
Baca juga: Kekhawatiran prospek ekonomi lemahkan harga minyak di Asia
Baca juga: Cemaskan ekonomi global, harga minyak turun di perdagangan Asia
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019