"Ukuran satu botol madu cukup untuk 100 liter air. Cita rasa madu dan tetes tebu yang manis membuat nafsu minum sapi meningkat," kata Wagino, seorang pedagang sapi bali di Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu.
Dia menjelaskan sapi-sapi yang telah melewati perjalanan jauh dari peternakan menuju ke penangkaran membuat sapi kurang nafsu makan dan minum. Kondisi ini dapat membuat stamina hewan kurban itu menurun, sakit, bahkan mati.
"Perjalanan dari Bali ke Jakarta berlangsung selama empat hari, saat tiba di penangkaran, mereka banyak yang tidak mau minum. Karena itu diberi madu dan tetes tebu agar stamina meningkat," jelasnya.
Untuk meningkatkan nafsu makan hewan kurban, lanjut Wagino, diberikan suplemen tambahan berupa pil. Adapun menu makanan harian sapi-sapi kurban adalah dedak dan rumput.
"Sapi diberi makan dedak saat pagi dan siang hari. Untuk malam diberi rumput," ujarnya.
Selain diberi madu, tetes tebu, pil suplemen dan pakan rutin, dilakukan pula pemeriksaan kesehatan berkala agar sapi tidak stres.
Menjelang perayaan Idul Adha pada 11 Agustus 2019, harga sapi di tingkat peternak di Jakarta seharga Rp65.000 per kilogram hidup. Semakin berat sapi kurban, maka harga jualnya akan semakin mahal.
"Sapi yang berbobot 250 kilogram harganya Rp16 juta per ekor. Adapun sapi yang beratnya 500 kilogram harganya dapat mencapai 32 juta per ekor," kata Mambaudi, seorang petugas bursa sapi kurban di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Baca juga: Warga diimbau beli hewan kurban bersurat sehat
Baca juga: Palembang mulai mengerahkan petugas untuk periksa hewan kurban
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2019