Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, menyatakan bahwa kehidupan beragama di Indonesia sangat memprihatinkan seiring dengan semakin tipisnya toleransi. Berbicara dalam diskusi bertajuk "Kebebasan Beragama dalam Konstitusi" di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Kamis, Syafii mengungkapkan kegalauannya melihat begitu mudah satu kelompok menghakimi sesat kelompok lainnya. Padahal, kata Syafii, perihal salah atau benar tentang keyakinan beragama merupakan hak Tuhan, manusia tak memiliki kewenangan sama sekali untuk menghakimi dan menghukum salah satu kelompok yang dianggap salah atau keliru. "Apa hak kita untuk membunuh orang yang, misalnya, berpindah agama. Itu urusan Tuhan. Perkara Tuhan marah terhadap orang itu, ya, itu hak Tuhan. Manusia tidak punya hak sama sekali," katanya. Menurut Syafii, tindakan yang begitu mudah menyebut salah dan kafir pada kelompok lain merupakan ancaman bagi kerukunan umat beragama. Agama, kata Syafii, justru mengajarkan umatnya bersikap toleran. Kitab suci umat Islam, Alquran, sangat menghargai kebebasan bagi semua manusia untuk beragama, bahkan kepada yang tidak beragama sekalipun. "Ini yang saya pahami dari Alquran. Alquran lebih bebas terhadap pemeluk agama lain. Asalkan tidak mengganggu, tidak bikin onar, ya silakan saja," katanya dalam diskusi yang digelar Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan tersebut. Sementara itu, Ketua PBNU, Masdar Farid Masudi, mengemukakan bahwa di dalam Alquran telah dijelaskan bahwa Allah tidak akan menghukum manusia yang kufur kepada-Nya di dunia. "Kalau Tuhan saja tidak mengambil tindakan, apalagi manusia, ya sama sekali tidak punya hak untuk menghakimi seseorang," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008