Kita masih kalah 25 kali lipat dibanding VietnamJakarta (ANTARA) - CEO perusahaan dan studio pengembang gim Agate, Arief Widhiyasa, menyebut tiga faktor pendorong industri gim lokal, salah satunya investasi.
"Investasi yang dilakukan di Indonesia per tahunnya masih sangat kecil, sekitar Rp30 miliar, dibandingkan dengan China, Korea, bahkan Vietnam, masih sangat jauh. Kita masih kalah 25 kali lipat dibanding Vietnam," ujar Arief usai diskusi "Memajukan Industri Game Indonesia," di Jakarta, Rabu.
Selanjutnya, jumlah investasi yang masih sangat kecil tersebut berdampak pada jumlah perusahaan gim di Indonesia.
"Cuma 130 tim, yang jadi perusahaan masih 15. Bandingkan dengan China 25.000 (tim), dan di Korea 16.000 (tim) lebih," kata Arief.
Lebih lanjut, Arief mengatakan jumlah perusahaan yang masih sedikit, otomatis akan menyebabkan jumlah sumber daya manusia yang terbatas. Baik karena lapangan pekerjaan yang masih sedikit, ataupun faktor pendidikan.
Sebagai perbandingan, Arief menyebut, ada 95.000orang yang bekerja di industri gim. "Jadi sekarang ada ketimpangan yang sangat besar," ujar dia.
Hal senada juga disampaikan SVP Media & Digital Business and EGM Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Joddy Hernady. Menurut dia, Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia harus sudah mulai digenjot.
"Perlu dilakukan edukasi ke sekolah-sekolah. Untuk menjadikan bisnis yang potensial, perlu memperhatikan kualitas talent," kata Joddy.
Joddy berpendapat kurikulum tentang pemrograman setidaknya dapat menjadi solusi kurangnya SDM di industri gim Indonesia.
"Setelah ada talent, harus ada wadah company. Investor harus bisa kita edukasi," kata dia.
Pemerintah, lanjut Joddy, juga perlu mendukung langkah tersebut melalui kebijakan, misalnya, perusahaan asing yang ingin melebarkan sayap di Indonesia harus bekerja sama dengan perusahaan lokal.
Untuk mendorong pengembangan gim lokal, Telkom bersama anak usahanya di bidang konten Melon dan perusahaan pengembang gim Agate, telah meluncurkan inisiasi Oolean.
Tidak hanya inkubator, inisiasi Oolean juga melakukan pengembangan platform gim untuk pengguna, pembuatan properti intelektual orisinal yang fokus memproduksi gim lokal.
Selain itu, inisiasi Oolean bekerja sama dengan pengembang gim lokal lainnya untuk membuat gim yang bisa mendunia, serta mengembangkan platform untuk mendistribusikan gim dari perusahaan lokal maupun internasional.
"Targetnya 20 persen (produk dalam negeri) dalam lima tahun lalu, cukup agresif," ujar Joddy.
Data dari Asosiasi Game Indonesia (AGI), diketahui bahwa hanya delapan persen pendapatan gim yang beredar di Indonesia masuk ke perusahaan Indonesia dan hanya sekitar 0,4 persen yang merupakan produk dalam negeri.
Baca juga: Dorong industri game lokal, Oolean buat inkubator
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019