Pekanbaru (ANTARA) - Ratusan orang tua murid dari tiga sekolah dasar negeri (SDN), yakni SDN 01, 10 dan SDN 156 berunjuk rasa untuk menolak rencana Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, yang akan menggabungkan tiga sekolah itu dan mengalihfungsikan bangunan SDN 156 menjadi pasar.
Orang tua murid berkumpul di halaman sekolah tersebut di Jalan Ahmad Yani, Kota Pekanbaru, Rabu, sambil membentangkan spanduk yang bertuliskan pesan agar Wali Kota Pekanbaru jangan mengorbankan sekolah untuk menjadi pasar.
“Sebelumnya dua tahun lalu bangunan SDN 19 di belakang sekolah ini juga dibongkar untuk jadi bangunan pasar. Tapi sampai saat ini pasar itu pun sepi tak berfungsi dan tidak ada penghuni. Kita sebagai orang tua murid menolak bila Pemko (Pekanbaru) menghancurkan sekolah untuk dijadikan pasar,” kata Ketua Komite Sekolah SDN 10, Endah.
Unjuk rasa orang tua murid tersebut berawal dari terungkapnya kejadian puluhan siswa SDN 01 yang terpaksa belajar di halaman sekolah karena kekurangan ruang kelas pada tahun ajaran baru 2019/2020. Siswa terpaksa belajar di halaman bukan akibat terlalu banyak siswa baru, melainkan memang akibat kurangnya ruang kelas sehingga siswa kelas 1 dan 2 belajar bergiliran.
Karena insiden ini mencuat dan ramai di media sosial, pihak sekolah memindahkan aktivitas belajar puluhan siswa tersebut ke Mushola SDN 156.
Bangunan sekolah yang berada di pusat Kota Pekanbaru ini sebenarnya cukup besar dan berlantai dua, namun dibagi untuk dua sekolah yakni SDN 01 dan SDN 10. Sedangkan, SDN 156 yang akan dijadikan pasar, lokasinya terpisah di bagian belakang namun masih di dalam satu pagar.
“Tahun ini tanpa diketahui orang tua, secara diam-diam dan guru disuruh amankan orang tua, merjer tiga SD dijadikan SDN 01. Semua dihapus, SDN 156 dan SDN 10 dijadikan SDN 01,” kata Ketua Komite Sekolah SDN 01, Syafrial Alidin.
Ia menilai merjer tiga sekolah itu bisa saja berjalan lancar apabila bangunan SDN 156 masih bisa digunakan. Namun, ia mengatakan Pemko Pekanbaru ternyata akan menggunakan bangunan sekolah itu untuk pasar. Sekitar dua tahun lalu, SDN 19 di Jalan Teratai yang berada di belakang SDN 156 juga dialihfungsikan jadi bangunan pasar higienis dan siswa-siswanya dipindahkan ke tiga sekolah tersebut.
Padahal, bangunan SDN 156 lebih bagus dan lengkap karena sudah berdiri bertingkat dua yang bisa menunjang belajar dan mengajar di sekolah itu.
“Kita sesalkan alih fungsi sekolah jadi pasar. Sekolah sebagus itu dikorbankan jadi pasar. SDN 156 yang mau jadi pasar fasilitasnya lebih lengkap daripada yang SDN 01 dan SDN 10 ini,” kata Syafrial seraya menambahkan apabila tiga sekolah tersebut jadi digabungkan, idealnya akan membutuhkan 10 ruang kelas.
Ia menambahkan, keputusan merjer sudah ada tetapi surat keputusan belum ada dan beberapa pihak yang terkait sudah melakukan beberapa kali pengukuran ke SDN 156 yang akan dialihfungsikan jadi pasar. Alasan merjer karena siswa sekolah sepi dinilainya mengada-ada karena SDN 10 dan SDN 156 dilarang membuka pendaftaran siswa baru karena rencana merjer tersebut.
“Dan para guru galau dalam mengatur pengajaran karena tidak ada kejelasan sistem dan pola merjer,” katanya.
Sehari sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal membantah bahwa siwa SDN 01 kekurangan ruang kelas atau lokal, pasalnya sejauh ini justru daya tampungnya berlebih.
"Gak benar tu kekurangan lokal, sedangkan daya tampung untuk SDN 01 kompleks tersebut kita siapkan tiga ruang belajar, sejauh ini hanya penuh dua," kata Abdul Jamal kepada Antara di Pekanbaru, Selasa malam (9/7).
Selain itu Abdul Jamal juga membantah adanya merjer SDN 01 dengan SDN 10 dan SDN 156, karena akan dijadikan pemekaran pasar Kodim.
"Katanya SDN 156 dipakai untuk pasar, itu tidak benar, saya tadi sudah monitoring kesana, di kompleks itu masih ada tiga SDN dengan tiga Kepala Sekolah," terangnya.
Namun, keterangan kepala dinas bertolak belakang dengan pernyataan Kepala Bidang SD, Dinas Pendidikan kota Pekanbaru, Mardalis yang hadir pada demonstrasi ratusan orang tua murid pada Rabu. Ia mengatakan di Kota Pekanbaru ada 18 SDN yang akan dimerjer, termasuk SDN 01, SDN 10, dan SDN 156. Alasannya, akibat siswa di SDN itu tidak mencapai 1.000 siswa.
"Di sini ada tiga SD, tiga kepala sekolah, siswanya tidak mencapai 1.000 orang, sementara untuk biaya operasionalnya besar," kata Mardalis.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019