Jakarta (ANTARA) - Para pencari suaka yang tinggal di sepanjang trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, hingga Rabu siang, sekitar pukul 12.00 WIB, masih berada di kawasan itu dan belum juga direlokasi.

Mereka terlihat masih beraktivitas seperti biasa di tikar seadanya, bercengkerama, tiduran, sementara anak-anak tampak bermain.

Hamid, pencari suaka asal Afghanistan, mengaku sudah mendengar rencana pemindahan ke Islamic Centre, Jakarta Utara, namun belum tahu pasti waktunya.

"Sudah pasti (direlokasi), tapi kami masih menunggu," kata remaja yang lumayan fasih berbahasa Indonesia itu.

Baca juga: Indonesia-UNHCR dorong pengungsi kembali ke penampungan

Baca juga: Kemlu: masalah pengungsi Afghanistan di Jakarta kewenangan UNHCR

Hamid bersama para pencari suaka lainnya sudah sekitar dua minggu berada di trotoar Jalan Kebon Sirih, setelah beberapa tahun tinggal di kawasan Kalideres.

"Dari tahun 2013 kami di Indonesia. Kami mau ke negara mana saja, asalkan tidak kembali ke Afghanistan," katanya.

Senada, Ehsan, pencari suaka dari Afghanistan lainnya juga belum tahu kapan akan dipindah ke Islamic Centre, mereka hanya bisa menunggu.

"Mau dipindah ke Islamic Centre, belum tahu kapan," kata remaja yang juga cakap berbahasa Indonesia itu.

Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mengatakan ratusan pencari suaka itu akan direlokasi ke Islamic Centre, Jakarta Utara, Rabu pagi.

Rencana relokasi itu disampaikannya saat meninjau lokasi pengungsian yang ditempati oleh sekitar 241 orang di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (9/7) malam.

"Kami sebagai pemerintah daerah melihat manusia pakai tenda, apalagi di wilayah tempat perkantoran itu enggak baik. Jadi rencananya besok pagi kami akan pindahkan mereka ke Jakarta Islamic Centre," kata politikus PDI Perjuangan itu.

Keputusan tersebut diambil setelah DPRD DKI Jakarta berdiskusi dengan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), para pengungsi dan pejabat eksekutif dari DKI Jakarta.

Baca juga: Legislator DKI: sebaiknya pengungsi Afghanistan dipantisosialkan

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019