Jakarta (ANTARA News) - Inflasi Februari 2008 masih menjadi kekhawatiran para pelaku pasar saham, walaupun tidak sebesar pada Januari lalu.
"Pengaruh inflasi masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar, walau Februari ini angkanya diperkirakan tidak sebesar Januari," kata pelaku pasar dari PT Panin Capital, Luki Aryatama, kepada ANTARA, Kamis.
Namun Luki tidak bisa menyebutkan kisarannya, dia hanya memperkirakan masih di bawah inflasi Januari 2008 yang mencapai 1,77 persen.
Perkiraan turunnya inflasi Februari ini sesuai dengan perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan kenaikan harga lebih terkendali dibanding Januari 2008.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah sudah mencoba melakukan usaha pengendalian harga berbagai komoditas dan dari sisi kurs juga menunjukkan kecenderungan yang cukup positif, sehingga diharapkan di atas kertas inflasi pada Februari 2008 akan jauh lebih baik.
Inflasi Januari 2008 yang mencapai 1,77 persen tergolong paling tinggi selama empat tahun terakhir, karena didorong kenaikan harga di kelompok bahan makanan yaitu 2,77 persen dan kelompok sandang sebesar 2,31 persen serta di kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,02 persen.
Selama lima tahun terakhir, memang inflasi bulan Januari selalu di atas satu persen. Pada Januari 2005 inflasinya sebesar 1,43 persen, Januari 2006 sebesar 1,36 persen, Januari 2007 sebesar 1,04 persen dan Januari 2008 sebesar 1,77 persen.
Selain itu, kata Luki, inflasi pada saat ini juga belum terlalu dominan pengaruhnya karena pasar saham masih terfokus pada pergerakan bursa global dan regional, terutama yang terus diwaspadai adalah perlambatan ekonomi AS yang mengancam perekonomian global.
Dia hanya mengungkapkan bahwa sentimen inflasi dalam negeri akan berkombinasi, namun porsinya lebih besar pada ketakutan resesi ekonomi AS, naiknya harga minyak mentah dunia, dan harga komoditas.
"Bursa regional dan harga komoditas, baik logam, mineral hingga CPO masih mendominasi pasar saham," tambahnya.
Luki juga memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) masih cenderung fluktuatif, namun masih ada peluang untuk naik.
"Ini juga tergantung bursa regional dan harga komoditi yang akhir-akhir ini masih menjadi penentu arah indeks BEI," katanya.
Luki hanya memperkirakan, saham-saham sektor perbankan dan saham keuangan lainnya yang selama ini belum terlalu terlihat pergerakannya memiliki peluang untuk naik.
"Beberapa saham berbasis pertambangan dan komoditas pada saat ini mengalami aksi ambil untung karena kenaikannya sudah tinggi. Sementara saham keuangan dan perbankan yang belum terlalu terlihat pergerakannya perlu diwaspadai," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008