Jakarta (ANTARA News) - Ketegangan yang terjadi antara Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta dengan konsorsium pengelola bus jalur khusus itu semakin memuncak dimana konsorsium menerapkan "harga mati" tarif lama, dan tidak bersedia menggunakan tarif hasil lelang. Empat perusahaan anggota konsorsium mengunjungi Gubernur DKI Jakarta di Balaikota Jakarta, Rabu untuk menegaskan sikap mereka itu. Wakil Gubernur (Wagub) Prijanto yang menerima perwakilan konsorsium di ruang kerjanya menyatakan bahwa ada empat butir permintaan yang diajukan. "Kami hanya menampung dulu permintaan yang diajukan. Pertemuan selanjutnya akan diadakan Jumat (29/2) nanti," kata Wagub seusai pertemuan. Tuntutan yang diajukan Konsorsium adalah agar BLU membatalkan lelang pengadaan bus dan tidak lagi melakukan lelang pada program busway di seluruh koridor, juga alokasikan bus yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta agar diberikan kepada operator yang ada. Selain itu juga meminta agar penandatanganan perjanjian kerjasama (PKS) dengan konsorsium untuk koridor 4-7 segera dilakukan, BLU juga segera menetapkan tarif bus gandeng yang wajar sehingga angkutan itu bisa segera dioperasikan. Ketua Organda Herry Rotty menegaskan konsorsium akan bergeming dengan tuntutannya itu, termasuk tidak akan mengurangi biaya operasional menjadi seharga biaya hasil lelang. Konsorsium pengelola busway yang terdiri atas PT. Jakarta Express Trans, Trans Batavia, Jakarta Trans Metropolitan dan Jakarta Mega Trans menolak tarif baru yang disesuaikan dengan harga lelang sebesar Rp9.350-Rp9.500 per kilometer, dan menuntut agar BLU tetap menggunakan tarif hasil negosiasi tahun 2007 sebesar Rp12.885 per kilometer. Alasannya, disebut Herry adalah biaya investasi yang dibayar konsorsium waktu itu berbeda dan lebih mahal dari biaya investasi pemenang lelang. "Contohnya beli bus, kalau dulu kami beli impor, sekarang kan bisa dirakit di dalam negeri. Itu lebih murah," katanya. Jika permintaannya ditolak, Herry menyebut BLU bersikap tidak adil karena konsorsium telah lama melayani masyarakat selain kenyataan bahwa hadirnya busway telah membuat banyak trayek metromini dan bus angkutan umum dihapus. "Ini tidak manusiawi. Kita yang melayani masyarakat 20 sampai 30 tahun masa tidak dianggap," katanya. Dua perusahaan pemenang lelang, PT. Lorena dan Primajasa mengajukan biaya operasional yang jauh lebih murah dari harga yang diajukan konsorsium dimana penghematan yang diperkirakan didapat dari selisih kedua harga tersebut sebesar Rp123 miliar per tahunnya. Herry mengatakan bahwa konsorsium tetap pada ancamannya untuk menghentikan operasional busway jika tuntutannya tidak dipenuhi. "Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, dengan sangat menyesal menyampaikan kepada masyarakat bahwa koridor 1 sampai 7 akan kami hentikan operasinya," katanya. Sementara Wagub Prijanto merasa optimis bahwa persoalan itu akan dapat dicarikan jalan keluarnya. "Tidak ada yang tidak bisa dipecahkan. Kami berjanji tidak ada yang akan dirugikan dan diselesaikan sesuai aturan," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008