Bogor (ANTARA) - Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengungkapkan pertemuan pengurus partai itu dengan Presiden Joko Widodo juga membahas pembentukan kabinet.
"Nah yang berikutnya ini yang ditunggu-tunggu soal kursi kabinet ya," ungkap Arsul usai pertemuan tertutup di Istana Bogor, Selasa petang.
Ia menyebutkan Presiden Jokowi mempersilakan PPP untuk mengajukan jumlah nama portofolio di kabinet.
Baca juga: PPP dukung anak muda masuk kabinet
"Nanti malam kami mau shalat Istikharah dulu," kata Arsul.
Di awal keterangannya, Arsul mengatakan terpilihnya Jokowi-Ma'ruf tidak terlepas dari kontribusi dan peran jajaran PPP seluruh Indonesia.
"Untuk itu Presiden sekali lagi mengucapkan terima kasih dan apresiasi," katanya.
Ia juga mengungkapkan PPP sempat khawatir apakah bisa melewati parliamentary threshold apa tidak, tapi akhirnya PPP bisa melewati ambang batas parlemen dan mendapatkan 4,52 persen.
Sementara itu mengenai nama-nama yang akan diajukan kepada Presiden, Arsul mengatakan partainya menganut prinsip gantian.
"Tentunya di antara kami yang ada di sini yang menjadi calon menteri yang nanti oleh pak ketum segera diajukan ke Pak Jokowi," katanya.
Menurut dia, sebagai partai kader, pihaknya juga harus memberikan kesempatan kader lain untuk bisa menduduki jabatan jabatan di pemerintahan.
"Tidak tertutup kemungkinan nanti di Mukernas akan ada rekomendasi dari jajaran PPP," kata Arsul.
Sementara itu Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa mengatakan pembentukan kabinet merupakan wilayah prerogatif presiden.
"Nanti setelah presiden bertanya siapa, pos di mana, tentu saya akan kasih tau siapa gitu," katanya.
Ia menyebutkan jika diperlukan kader perempuan, partai berlambang Kakbah itu juga memiliki banyak kader.
"Mau kelas ringan, kelas berat, kami punya semua," katanya.
Ia juga berharap jika nanti kader PPP dipercaya menjadi menteri, maka bisa bertahan hingga lima tahun.
"Jangan sampai di tengah diganti lagi dengan kader lain. Kita ingin kader kader yang terbaik," kata Suharso.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019