Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dadang Sunendar mengatakan perlu adanya perencanaan menyeluruh dari berbagai program kebahasaan yang ada saat ini.

"Perlu adanya program kebahasaan yang terintegrasi dan menyeluruh," ujar Dadang di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Evelin ajak DJ asal Jepang kenalkan bahasa Indonesia lewat musik

Dalam pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 -- 2024, kebijakan trigatra bangun bahasa, yakni pengutamaan bahasa negara, pelestarian bahasa daerah, dan penguasaan bahasa asing, menjadi semakin kuat.

"Dalam pembahasan juga disebutkan pengutamaan Bahasa Indonesia di dalam maupun di luar negeri," kata dia.

Dadang berharap kolaborasi dan kerja sama antarinstansi dan lembaga semakin meningkat, baik di dalam maupun luar negeri.

"Kalau di dalam negeri kerja sama dengan pemerintah daerah. Kalau untuk luar negeri dengan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia)," kata dia.

Menurutnya, dibutuhkan peningkatan pemahaman para diplomat Republik Indonesia mengenai misi besar internasionalisasi Bahasa Indonesia. Hal itu dikarenakan Indonesia memiliki misi diplomasi lunak, yaitu diplomasi kebahasaan dan meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

Salah satu contoh dukungan antarlembaga dalam pengutamaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara sekaligus mendorongnya menjadi bahasa internasional adalah melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 yang mengatur fasilitasi pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia bagi tenaga kerja asing.

"Untuk bidang energi dan sumber daya mineral (ESDM), tenaga kerja asing yang bekerja di bidang ESDM di Indonesia harus memiliki keterampilan berbahasa Indonesia minimal tingkat madya," kata dia.

Ditambahkan Kepala Badan Bahasa dan Perbukuan, saat ini Kemendikbud memiliki 32 tempat Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI). Ia berharap agar UKBI daring.

Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kemendikbud, Emi Emilia menyampaikan bahwa seminar ini merupakan sarana diskursus para akademisi dan praktisi. Melalui kegiatan ini, para partisipan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep dan praktik strategi dan diplomasi bahasa terkait bidang pengajaran, penerjemahan, forensik kebahasaan, dan kebinekaan bahasa melalui kegiatan diskusi dan proses bertukar pikiran antara partisipan seminar.

Selain itu, seminar kebahasaan ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat melahirkan kebijakan teknis untuk pengembangan strategi dan diplomasi kebahasaan.

"Seminar ini mendukung program internasionalisasi Bahasa Indonesia. Dan juga kebinekaan bahasa. Serta pengajaran bahasa, karena menurut penelitian kami di PPSDK, pengajaran bahasa ini masih harus ditingkatkan lagi," kata Emi.

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia ini juga menjelaskan bahwa posisi Bahasa Indonesia semakin kuat di kancah internasional. Dalam forum bilateral maupun multilateral, semakin banyak yang mencantumkan atau menggunakan Bahasa Indonesia. Misalnya dalam nota kesepahaman atau materi lain.


Baca juga: Mendikbud minta pengajar BIPA semangat ajarkan Bahasa Indonesia
Baca juga: Bahasa Indonesia akan diajarkan di Universitas Al Azhar Mesir

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019