Medan (ANTARA News) - Perusahaan penerbangan merupakan kata kunci untuk memajukan pariwisata nasional dalam menjaring wisatawan mancanegara mengunjungi obyek wisata Indonesia. Wisatawan akan sulit datang ke negeri ini tanpa ada fasilitas angkutan dari dan ke berbagai penjuru dunia, kata Ketua Umum DPP ASITA, Ben Sukma, di Medan, Rabu. Sukma yang berbicara ketika memberikan kata sambutan pada acara Temu Pisah General Manager Garuda Indonesia Medan dari Drs H Yona Mardiona kepada Muchwendi Harahap, mengatakan, angkutan laut juga memegang peran penting dalam pariwisata sesuai geografis negeri ini. Selain kedua sektor angkutan itu, menurut Sukma, faktor lain yang juga sangat menentukan adalah pelayanan di bandara maupun pelabuhan laut serta pemberitaan media massa yang berperan membangun citra bangsa di mata masyarakat internasional. Bagaimanapun hebatnya promosi dan menariknya obyek wisata yang dimiliki Indonesia, tentu tidak akan dikunjungi wisatawan mancanegara jika tidak ada penerbangan dan angkutan laut yang akan membawa mereka ke sini, katanya. Dalam komponen biaya perjalanan wisata sendiri nilai yang harus dikeluarkan untuk sektor penerbangan juga cukup besar, jauh melebihi yang dikeluarkan untuk sektor perhotelan, usaha perjalanan wisata dan lainnya. Sehubungan itu, Sukma mengharapkan Garuda terus melebarkan sayapnya dan memperbanyak rute-rute baru ke luar negeri khususnya ke Eropa. Khusus bagi Sumut sendiri akan sangat terbantu jika dijadikan transit bagi penerbangan Garuda dengan rute internasional, karena akan mendapatkan limpahan dari perjalanan wisatawan itu walau nilai bisnisnya kecil. Ia memberi contoh rencana Garuda membuka penerbangan ke India dalam waktu dekat ini, yang selain membuka kembali rute Medan-Singapura pulang-pergi, juga akan menggairahkan dunia pariwisata Sumut. Mengenai pelayanan di pintu masuk, seperti di bandara dan pelabuhan Laut, ia mengharapkan agar setiap jajaran terkait terus meningkatkan kualitas pelayanan sehingga wisatawan langsung mendapat kesan positif begitu menginjakkan kakinya di negeri ini. Pelayanan sederhana di bandara misalnya bila tidak diberikan secara maksimal dan secara profesional tentu akan mengecewakan wisatawan, dan lebih dari itu bakal merusak citra negeri ini yang masyarakatnya bersahabat. Sukma di depan para pengusaha pariwisata, kalangan dunia usaha lain serta perwakilan sejumlah media juga menyinggung tentang pemberitaan pers yang berperan penting dalam menentukan baik dan buruknya negeri ini. Pemberitaan yang memberi kesan suasana tidak aman dan nyaman serta berita peristiwa-peristiwa yang bisa menimbulkan keraguan wisatawan datang ke negeri ini tentu akan lebih baik mendapat pertimbangan mendalam sebelum disiarkan di media. Media asing senang dan sering mengutip berita-berita media Indonesia yang isinya bernuansa negatif dan mencitrakan suasana yang tidak aman dan nyaman bagi waraganegara asing yang berkunjung, sehingga secara keseluruhan tentu akan merugikan khususnya bagi industri pariwisata nasional. Sementara Ketua Badan Pariwisata Sumut Ir. Henry Hutabarat mengatakan, faktor jalan ke obyek wisata dan sarana pendukung lainnya juga perlu mendapat perhatian lebih besar lagi, karena di Sumut sendiri masih banyak jalan yang rusak dan fasilitas lain yang masih minim. Dalam mempromosikan produk pariwisata, ia mengatakan pelaku dunia usaha pariwisata dan pihak instansi terkait jangan lagi menonjolkan satu provinsi atau daerah masing-masing tapi minimal yang dijual itu satu pulau seperti Sumatera dengan segala potensinya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008