Bekasi (ANTARA News) - Warga yang tergabung dalam LSM Masyarakat Peduli Bekasi (MPB), PMII dan GMNI hari Rabu berunjukrasa mengancam bergabung dengan DKI Jakarta jika Gubernur Jabar Danny Setiawan tidak memperbaiki kerusakan infrastruktur di Kota dan Kabupaten Bekasi. Aksi unjukrasa itu, yang digelar di ruas jalan KH Noer Alie, Bekasi Barat, dibarengi dengan pemasangan spanduk bertuliskan "Lomba Berenang Memperebutkan Piala Gubernur Jabar". Koordinator unjuk rasa, Yusuf Blegor, di sela-sela aksi tersebut mengatakan kerusakan ruas jalan milik Provinsi Jabar yang ada di Kota Bekasi sudah parah bagaikan kubangan saat musim hujan. Namun, sampai saat ini belum ada upaya dari Pemprov Jabar memperbaiki kerusakan infrastruktur di Bekasi sehingga menghambat perekonomian masyarakat. "Kalau Gubernur Jabar tidak segera memperbaiki kerusakan infrastruktur di Kota Bekasi, masyarakat mengancam akan bergabung dengan Pemprov DKI Jakarta," ujarnya. Ia menambahkan, dengan bergabungnya Bekasi ke Pemprov DKI Jakarta, meskipun diakui sulit untuk direalisasikan, diharapkan pembangunan wilayah ini akan lebih cepat dan terencana. Selain itu, pengunjukrasa juga mendesak Gubernur Jabar menangani banjir di wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi secara serius, karena musibah banjir yang terjadi setiap musim penghujan menimbulkan kerugian materi cukup besar bagi masyarakat. Menurut para pengunjuk rasa, jika Pemprov Jabar membangun tanggul di sepanjang pinggir Sungai Ciherang di Cabangungin dan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, maka banjir yang melanda di kedua wilayah tersebut akan teratasi. "Sekarang ini tinggal keseriusan dan kemauan Gubernur Jabar apakah memperhatikan korban banjir di kedua wilayah itu. Kalau tidak, banjir akan tetap terjadi saat musim penghujan akibat luapan Sungai Ciherang," ujar Yusuf Blegor. Unjukrasa di ruas Jalan KH Noer Alie itu, menimbulkan kemacetan arus lalu lintas di ruas jalan yang rusak tersebut, bahkan angkutan umum dan kendaraan pribadi harus sabar antri melintas khawatir terperosok lubang tergenang air hujan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008