Palu (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola menyatakan para guru se-Sulteng utamanya daerah terdampak bencana gempa, tsunami dan likuefaksi, di Palu, Sigi dan Donggala perlu menguasai dan mampu mempraktikkan materi psikososial, demi pemulihan mental murid pascabencana.
"Materi psikososial bagi guru-guru SMA, SMK dan MA yang berasal dari daerah terdampak bencana gempa bumi tahun lalu, menurut saya perlu pengenalan teknik dan pendampingan psikososial," kata Gubernur Longki Djanggola, dalam sambutannya yang disampaikan Kepala Biro Kesra Sekretariat Daerah Pemprov Sulteng, Siti Hasbia, di Palu, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Longki Djanggola sekaitan dengan pelatihan psikososial bagi guru di wilayah terdampak bencana, yang digelar atas inisiatif dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas-HAM) Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, organisasi masyarakat sipil, kalangan industri, Pusat Studi Kebencanaan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jogja, Yayasan Kappala Indonesia, Sampoerna untuk Indonesia, yang tergabung dalam "Rumah Bersama Relawan".
Gubernur menyebut bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu, Donggal, Sigi dan Parigi Moutong 28 September 2018, yang dialami masyarakat daerah tersebut, tidak hanya menelan korban jiwa dan kerugian materi yang sangat besar.
Melainkan, sebut dia, memberikan efek besar berkepanjangan yakni trauma yang mendalam, sehingga masyarakat banyak terganggu psikologi, emosional dan mentalnya.
Baca juga: Polda Kalsel pulihkan trauma korban gempa Sulteng
Kondisi masyarakat ini, menurut Gubernur, perlu di tangani dengan cepat dan tepat dengan berbagai pendekatan untuk memulihkan mental masyarakat, mengurangi depresi, agar masyarakat dapat kembali beraktivitas dengan normal.
"Ini butuh keterlibatan semua pihak, tidak hanya pemerintah, melainkan pihak BUMN, BUMD, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, pelaku usaha, para akademisi dan tokoh-tokoh agama harus terlibat dalam pemulihan mental masyarakat," sebut Longki Djanggola.
Terkait pelatihan tersebut, Gubernur menyebut, guru sebagai panutan para murid, perlu mengikuti agar ke depan dapat memahami, sehingga dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru dapat mengimpelementasikan materi yang di dapat demi menghapus memori buruk yang sempat terlintas dan ada di benak siswa karena bencana gempa, tsunami dan likuefaksi.
Baca juga: Unicef akan bantu pemulihan psikologis korban gempa-tsunami
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019