Bogor (ANTARA News) - Tim peneliti IPB siap menyerahkan hasil riset temuan susu formula dan makanan bayi yang telah terkontaminasi "Enterobacter sakazakii" kepada Departemen Kesehatan (Depkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "Kami sangat kooperatif dan siap menyerahkan hasil lengkap penelitian itu. Namun perlu disampaikan bahwa para peneliti ini, umumnya sudah bergelar doktor sehingga proses dan tahapan ilmiah serta metodologi penelitian yang dilakukan sesuai kaidah yang ada," kata Dr drh I Wayan T Wibawan, MS, salah satu tim peneliti IPB dalam riset itu, Selasa. Tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mendapatkan temuan bahwa 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi "Enterobacter sakazakii". Dihubungi ANTARA News saat berada di Surabaya Jawa Timur, ia memberikan pernyataan itu saat diminta tanggapan atas reaksi Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari, yang mempertanyakan hasil penelitian yang dilakukan IPB tersebut. Pertanyaan Menkes terkait dengan pendanaan dan motivasi melakukan penelitian itu. Bahkan Menkes mempertanyakan status peneliti yang adalah dokter hewan. Dikatakan Menkes, pihaknya telah meminta laporan BPOM mengenai penelitian ini. "Penelitian itu signifikan atau tidak. Siapa yang meneliti, caranya bagaimana, pendanaannya bagaimana. Kenapa yang diperiksa susu itu. Apakah perusahaannya hanya sekitar itu," kata Menkes. Sementara itu, pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin Akib memastikan semua produk susu formula dan makanan bayi yang saat ini beredar di pasaran tidak tercemar bakteri jahat dan aman dikonsumsi. "BPOM melakukan pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel produk tersebut sepanjang tahun untuk mendeteksi kemungkinan adanya cemaran mikrobiologi, kalau produk yang bersangkutan ternyata bermasalah kita panggil produsennya dan minta mereka memperbaiki produknya," katanya. Dana riset Depdiknas Sebelumnya, Dr drh Sri Estuningsih, jurubicara tim peneliti IPB menyebutkan bahwa sampel makanan dan susu formula yang diteliti berasal dari produk lokal. Mereka yang tergabung dalam tim penelitian itu adalah staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, yakni drh Hernomoadi Huminto MVS, Dr drh I Wayan T Wibawan, dan Dr Rochman Naim. Menurut I Wayan T Wibawan, pada awalnya sebenarnya riset itu mendapatkan tanggapan positif dalam sebuah pertemuan yang diadakan pada tanggal 22 Pebruari 2008, yang mempertemukan wakil IPB, Departemen Pertanian, Depkes dan BPOM, dan kemudian ada kesepakatan untuk membentuk tim gabungan guna menindaklanjuti perkembangan selanjutnya. Bila kemudian muncul reaksi terbaru dari Menkes, ia sendiri juga heran. Dikemukakannya bahwa riset itu pendanaannya berasal dari dana hibah bersaing Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, sehingga jelas tidak mempunyai kepentingan apapun, selain bagi kepentingan ilmu pengetahuan sendiri, yang juga punya kewajiban moral untuk masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. "Saya tegaskan, tidak ada kepentingan apapun dari penelitian ini, selain konteks ilmu pengetahuan karena IPB adalah lembaga pendidikan tinggi," kata I Wayan T Wibawan, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB itu. Ia menjelaskan, hasil riset itu juga telah dipaparkan di Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan kepada Masyarakat (LPPM) IPB, yang selama ini menjadi wadah "pengujian" bagi riset-riset yang dilakukan di hampir semua lingkungan IPB. Sekali lagi ditegaskannya, agar pihak-pihak yang mempertanyakan riset itu mendapatkan hasil yang utuh, direncanakan pada hari Kamis (28/2) tim peneliti akan menyerahkan laporan lengkap penelitian itu kepada Depkes dan BPOM. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008