Jakarta (ANTARA News) - Rangkaian gempa yang titik pusatnya di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera dalam sepekan terakhir terjadi di lantai Samudera Hindia yang sudutnya landai, kurang dari 10 derajat, kata seorang pakar gempa bumi. Menurut Prof Dr Sri Widiyantoro, guru besar bidang seismologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dua gempa berkekuatan di atas 6,5 pada skala Richter dengan titik pusat gempa yang relatif dangkal sangat potensial menimbulkan tsunami. "Namun syukur dua gempa besar itu tidak mengakibatkan tsunami, karena lempeng Samudera Hindia yang menyusup di lokasi titik gempa sudutnya landai," kata Widiyantoro kepada ANTARA, di Jakarta, Selasa. Lebih lanjut ia menjelaskan, tsunami terjadi kalau ada deformasi vertikal di lantai samudera, sehingga ada air yang terangkat dari lantai samudera dan kolom air naik. "Kemungkinan munculnya tsunami akan lebih besar bila sudut kelandaian lantai samudera di atas 10 derajat," ujar Widiantoro. Di pantai barat Pulau Sumatera, rata-rata sudut penunjaman lantai samudera lebih landai daripada pantai selatan Pulau Jawa, ini karena lantai samudera di bawah Sumatera lebih muda daripada Pulau Jawa. Usia lantai samudera di bawah Pulau Sumatera diperkirakan 50 juta tahun, sementara lantai samudera di bawah Pulau Jawa adalah sekitar 100 juta tahun. Dijelaskannya, bila lempeng berusia muda, maka daya apungnya masih tinggi, densitasnya relatif lebih ringan dan lantainya lebih landai. "Lempeng yang lebih muda juga lebih aktif dan menyusup dengan sudut penunjang yang landai. Kondisi macam ini juga menimbulkan bahaya gesekan yang lebih kuat, sehingga skala gempa biasanya besar-besar bahkan hingga 7 skala Richter," kata Widiyantoro memaparkan. Namun gempa adalah proses yang meluruh, pelepasan energi yang tidak terjadi secara sekaligus dalam satu waktu saja. "Gempa bumi terjadi akibat lempeng yang pecah dan menyusup, tentu pelepasan energinya pun menyesuaikan sesarnya masing-masing," ujar Widiantoro. "Memang gempa bumi sangat sulit diprediksi, sepertinya tidak berpola, tapi sejak Desember 2004 kondisi lempeng di bawah Pulau Sumatera belumlah stabil sehingga yang terjadi sekarang adalah proses mencari posisi kesetimbangan," tambahnya. Widiyantoro mengingatkan masyarakat agar tidak terlalu khawatir akan datangnya gempa, sebab BMG sudah sangat cepat menginformasikan warta gempa dan potensi Tsunami. Tiga gempa berkekuatan di atas 6,5 skala Richter terjadi pada Rabu (20/2), Senin (25/2), dan Selasa (26/2). Pada 20 Februari, gempa berkekuatan 7,3 skala Richter terjadi di pusat gempa 33 km di 40 km Baratlaut Sinabang (NAD). Sementara pada 25 Februari gempa terjadi di 165 km Baratdaya Mukomuko (Bengkulu) di kedalaman 10 km, dan tercatat mencapai kekuatan 7,2 skala Richter. Dan gempa pada Selasa 26 Februari terjadi pada pukul 04.02WIB di kedalaman 27 km dengan pusat gempa di laut 171 km Barat daya Painan (Sumatera Barat). (*)
Copyright © ANTARA 2008