Jakarta (ANTARA) - Nada cemas kental terasa dalam suara AKBP Sumardji, manajer klub Bhayangkara FC, ketika menceritakan soal skuatnya yang belum menemukan sosok pengatur serangan (playmaker) dan penyerang asing sebulan sebelum Shopee Liga 1 Indonesia 2019 bergulir.

"Kami belum mendapatkan pemain yang sesuai keinginan pelatih. Walau sebenarnya banyak sekali yang menawarkan nama kepada kami," ujar Sumardji saat itu, April 2019.

Padahal, posisi 'playmaker' dan penyerang asing menjadi pilar utama kekuatan skuat berjuluk The Guardian ketika menjuarai Liga 1 Indonesia musim 2017 dan menjadi yang terbaik ketiga di musim 2018.

Di tahun 2017, playmaker Bhayangkara asal Portugal Paulo Sergio dan penyerang Ilija 'Spaso' Spasojevic, yang baru jadi WNI pada Oktober 2017, menyumbangkan total 21 gol untuk timnya dan membawa The Guardian menjadi kampiun.

Semusim setelahnya, kepindahan Spaso ke Bali United membuat sektor penyerang Bhayangkara goyah.

Sebanyak tiga pemain impor yang direkrut untuk menggantikan Spaso yaitu David Aparecido da Silva, Elio Bruno dan Nikola Komazec tidak memperlihatkan penampilan cemerlang. Masing-masing dari mereka bahkan tidak mampu membuat lebih dari tiga gol selama merumput untuk Bhayangkara FC.

Beruntung saat itu Bhayangkara merekrut pemain gaek naturalisasi yang sejatinya dihadirkan sebagai pelapis yaitu Herman Dzumafo. Dzumafo tampil sangat baik di tahun 2018 dan membuat 11 gol di Liga 1 yang menjadikannya 'top scorer' Bhayangkara musim itu.

Ditambah sumbangan 10 gol dari Paulo Sergio yang masih bertahan di tim, Bhayangkara FC pun berhasil menduduki peringkat ketiga klasemen Liga 1 2018.

Setelah dua tahun berbulan madu dengan pemain-pemain berkualitas tinggi yang diasuh pelatih berkharisma Simon McMenemy, Bhayangkara mengalami perubahan besar di tahun 2019.

Pelatih Simon McMenemy menjalin kesepakatan dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk melatih tim nasional. Lalu, Paulo Sergio pindah ke Bali United.

Kondisi itu membuat manajemen Bhayangkara bergerak cepat untuk mempersiapkan tim meski pelatih baru tidak bisa segera didapatkan.

Sementara berada di bawah kepemimpinan sang direktur teknik Yeyen Tumena, Bhayangkara mendatangkan lima pemain lokal di akhir Januari 2019 yaitu Adam Alis, Ilham Udin Armayn, Bagas Adi Nugroho dan Rahmad Hidayat. Penyerang Dendy Sulistyawan juga kembali dari masa peminjaman di Persela.

Kemudian, manajemen mendapatkan tanda tangan bek tangguh dari Brazil, Anderson Salles.

Setelah itu, The Guardian membuat satu keputusan penting yaitu merekrut perlatih berkebangsaan Argentina Angel Alfredo Vera untuk menggantikan Simon McMenemy.

Alfredo Vera, pelatih yang membawa Persebaya juara Liga 2 Indonesia tahun 2017 dan Persipura kampiun Indonesia Soccer Championship (ISC) di tahun 2016, ternyata sudah memiliki segudang rencana untuk klub barunya.

Tanpa 'Abrakadabra'

Alfredo Vera mulai bergerilya membangun Bhayangkara yang baru, lepas dari bayang-bayang pelatih dan pemain berpengaruhnya di masa lalu.

Namun, pria berusia 46 tahun itu bukanlah penyihir yang dengan 'abrakadabra' dapat mengubah sesuatu dengan sekejap.

Belum terisinya sektor playmaker dan penyerang impor mempengaruhi performa Bhayangkara yang tersingkir di perempat final Piala Presiden 2019 dan delapan besar Piala Indonesia 2018-2019.

Seorang gelandang kreatif Rubens 'Esquerdinha' Raimundo da Silva alias sempat datang selama Piala Presiden, tetapi ternyata tidak memuaskan manajemen.

"Kami tidak melanjutkan keberadaannya di Bhayangkara," tutur Sumardji.

Saat performa timnya masih labil, ternyata sang pelatih Alfredo Vera tanpa sepengetahuan publik telah menjalin kontak dengan dua pemain yang salah satunya disebut-sebut berasal dari Argentina.

Nama itu masih rahasia sampai akhirnya, pada Selasa (14/5) atau dua hari sebelum laga perdana mereka di Shopee Liga 1 Indonesia 2019, Bhayangkara mengumukan perekrutan penyerang Argentina Ramiro Fergonzi dan 'playmaker' asal Brazil Flavio Beck Junior.

Jika Flavio sudah pernah berlaga di Liga 1 Indonesia pada tahun 2017 bersama klub Borneo FC, Ramiro Fergonzi adalah nama baru di sepak bola Tanah Air.

Akan tetapi, melihat jejak kedua pemain tersebut, bisa saja timbul keraguan. Flavio, misalnya, catatan gol terbanyaknya sepanjang karier adalah delapan gol yang dibuat untuk tim Negeri Sembilan di Malaysia pada tahun 2018.

Sementara Ramiro, jumlah gol terbaiknya dalam satu musim yang dibuatnya adalah enam gol, ditorehkan untuk klub Argentina Colegiales di musim 2009-2010 dan Flandria di musim 2016-2017.

Cerah

Setelah Shopee Liga 1 2019 bergulir, performa Ramiro dan Flavio ternyata memberikan jalan yang cerah kepada Bhayangkara.

Dari tujuh laga Liga 1 Indonesia 2019 yang sudah dijalani, Ramiro dan Flavio masing-masing sudah menyumbangkan empat gol untuk The Guardian. Itu sudah mendekati torehan jumlah gol terbaik mereka sepanjang musim.

Total delapan gol dari Ramiro-Flavio menunjukkan betapa dominannya mereka berdua di Bhayangkara. Sampai tujuh laga Liga 1, Bhayangkara membuat 12 gol, artinya lebih dari 66 persen gol itu disumbangkan oleh duo Amerika Latin itu.

Pelatih Alfredo Vera menyunggingkan senyum ketika dimintai tanggapan mengenai performa Ramiro dan Flavio.

"Saya beruntung saja bisa merekrut mereka," tutur dia.

Namun, Alfredo mengakui bahwa prosesnya tidak sesederhana itu. Ramiro dan Flavio memang sudah dipantaunya sejak lama.

Dia mengklaim sudah sangat mengetahui permainan mereka. Bahkan, untuk Ramiro, Alfredo menyatakan dia sudah ingin merekrutnya sejak lama.

"Saya tahu kualitas mereka. Akan tetapi, performa bagus mereka juga tidak lepas dari penampilan pemain lain," ujar Alfredo.

Manajer Bhayangkara FC AKBP Sumardji mengakui keputusan Alfredo untuk merekrut Ramiro dan Flavio sangat tepat. Dia pun mengucapkan terima kasih untuk itu.

Sumardji berharap, performa bagus timnya di awal Shopee Liga 1 Indonesia 2019 dapat dipertahankan sampai akhir musim.

Bhayangkara sendiri saat ini berada di peringkat keempat klasemen sementara Shopee Liga 1 Indonesia 2019 dengan 12 poin.

"Tentu kami ingin prestasi semakin meningkat. Untuk Fergonzi, saya berharap bisa membuat gol sebanyak-banyaknya, kalau bisa menjadi top scorer melebihi Dzumafo musim 2018," kata Sumardji.

Baca juga: Bhayangkara tanggapi keluhan soal Stadion Madya

Baca juga: RD nilai Stadion Madya sangat layak untuk Liga 1

Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019