Manila (ANTARA News) - Jajaran perwira tinggi militer dan kepolisian Filipina Senin menyatakan kesetiaanya kepada Presiden Gloria Macapagal Arroyo pada saat ribuan orang pengunjuk rasa turun ke jalan menuntut pengunduran diri Arroyo. Aksi unjuk rasa tersebut bersamaan dengan peringatan ke-22 revolusi damai kekuatan rakyat tahun 1986 yang menggulingkan presiden Ferdinand Marcos. Ribuan orang berbaris berjalan menyelusuri jembatan Mendiola yang menjadi saksi sejarah dalam peristiwa besar itu, yang berjarak hanya beberapa meter dari istana kepresidenan Malacanang, sementara para demonstran yang jumlah semakin lama semakin banyak mencoba memutuskan barisan barikade aparat keamanan untuk dapat mencapai jembatan Mendiola untuk memperingati gerakan kebangkitan rakyat 1986 di sepanjang jalan raya EDSA. Kelompok barisan pendukung pemerintah dipimpin oleh dua orang putra Arroyo yang menjadi anggota parlemen juga melakukan aksi turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan dan kesetiaan mereka kepada pemerintah yang memilih lokasi di taman Liwasang Bonafacio di pusat kota Manila. Massa dalam kelompok barisan pendukung Arroyo menaiki bis ber-AC dari provinsi utara Bulacan, Pampanga provinsi asal Arroyo dan Nueva Ecija. Wakil juru bicara kepresidenan, Anthony Golez mengatakan Arroyo tidak terlibat sama sekali dalam aksi unjuk rasa mendukung pemerintah tersebut. "Pihak istana sama sekali tidak ikut serta dalam kegiatan aksi massa terutama yang menyangkut isu utama, mereka-mereka yang menyelenggarakan aksi dukungan kemungkinan adalah kelompok yang selama ini memperoleh manfaat dan keuntungan dalam program ekonomi yang ada selama ini dan dengan cara itulah mereka ingin menyatakan rasa terima kasihnya kepada pemerintah." Jendral Hermogenes Esperon kepala staff Angkatan Bersenjata mengatakan barisan militer `bersatu" di belakang Arroyo walaupun adanya spekulasi bahwa di kalangan perwira muda baik militer maupun polisi berencana untuk ikut aksi demonstrasi anti-pemerintah. "Kami menegaskan bangsa Filipina bahwa kami setia kepada bendera dan undang-undang negara yang berlaku dan kami menyatakan bahwa kami tak akan ikut serta dalam kelompok politik tertentu," kata Hermogenes. Kepala staff kepolisian Jendral Polisi Avelino Razon menambahkan bahwa kepolisian memusatkan perhatiannya untuk melindungi demokrasi dalam negri dan menjanjikan tak akan mentolerir siapapun atau kelompok manapun yang melakukan kekacauan dan kerusuhan. "Kepolisian tetap bersatu dan setia berdiri di belakang konstitusi dan melindungi lembaga-lembaga negara," kata Razon. Arroyo sejauh ini telah berhasil menggagalkan tiga kali upaya yang akan mengimpeach (yang menggugat posisinya ) yang dapat menyebabkan ia harus melepas jabatannya sebagai orang nomor satu di negri itu. Selain itu juga ia sedikitnya telah dua kali selamat dari upaya kudeta yang bertujuan menggulingkannya dari kekuasaan sejak tahun 2005 dengan tuduhan bahwa ia melakukan aksi kecurangan dalam pemilu presiden pada tahun sebelumnya. Arroyo menolak seruan yang meminta agar ia mengundurkan diri dan menyatakan ia akan menyelesaikan masa jabatannya hingga 2010.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008