Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Ade Reza Hariyadi menjelaskan berbagai faktor yang mungkin menyebabkan munculnya dinamika atau gejolak di internal partai politik, pasca-Pilpres.
Menurut Ade, faktor pertama munculnya dinamika internal partai, dapat disebabkan adanya persaingan internal untuk memperebutkan posisi strategis partai.
"Gejolak itu bisa disebabkan oleh adanya 'power struggle' yang didorong oleh persaingan internal untuk merebut posisi-posisi strategis partai," ujar Ade Reza di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan posisi strategis partai dapat memperkuat kendali internal atas partai serta meningkatkan posisi tawar dalam merespon formasi pemerintahan terutama pengisian kursi kabinet pasca pemilu.
Faktor kedua yakni kekecewaan terhadap kinerja politik dari kepengurusan sebelumnya yang dianggap kurang atau tidak berhasil.
Hal tersebut, kata dia, mendorong munculnya desakan pergantian ketua umum partai politik.
Faktor ketiga yaitu dapat berasal dari eksternal partai, misalnya, adanya kepentingan pemenang Pilpres untuk memastikan loyalitas dukungan partai politik.
Hal ini terjadi manakala kepengurusan partai sebelumnya dianggap kurang responsif dalam menjaga basis legitimasi politik yang penting bagi stabilitas kekuasaan.
"Faktor eksternal ini bisa mengakselerasi dinamika internal partai politik bersangkutan, sekaligus menimbulkan campur tangan yang berlebihan yang mengganggu soliditas partai," ujar dia.
Belakangan ini sejumlah partai politik mengalami dinamika berupa gejolak di internal partai pasca-Pilpres dan menjelang habisnya masa bakti ketua umum.
Partai yang telah tampak mengalami dinamika internal antara lain Golkar dan Demokrat.
Kedua partai mengalami desakan sejumlah kader internal untuk mempercepat forum pergantian ketua umum, baik itu melalui munas untuk Golkar dan melalui kongres bagi Demokrat.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019