Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuannya, BI Rate, yang saat ini mencapai delapan persen, karena laju inflasi Februari 2008 diperkirakan masih tetap tinggi. "Masih tingginya laju inflasi Februari akan menahan BI untuk mempertahankan BI Rate pada angka delapan persen," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin. Menurut dia, BI untuk saat ini masih tetap mempertahankan BI Rate dan belum akan menaikkan bunganya. Namun, apabila laju inflasi Maret juga tinggi, kemungkinan BI akan menaikkan BI Rate. Dengan stabilnya BI Rate itu, maka selisih bunga rupiah terhadap dolar AS masih tetap tinggi mencapai lima persen, ujar. Selisih bunga itu, lanjut dia, juga tidak akan berlangsung lama, apabila bank sentral AS (The Fed) jadi menurunkan kembali suku bunga Fed fund sebesar 50 basis poin, maka selisih akan semakin besar. Kondisi ini akan mendorong investor asing kembali bergairah menempatkan dananya di pasar uang yang memicu rupiah berpeluang untuk menguat lagi, ucapnya. Ia mengatakan, masuknya dana asing ke pasar uang dan saham cenderung dalam jangka pendek. Pemerintah harus bisa mengalihkan dana asing itu ke jangka panjang (long term), namun sampai saat ini upaya tersebut belum terlihat. "Kami optimis pemerintah sedang berusaha mengalihkan dana asing itu ke arah sana untuk memicu pertumbuhan ekonomi berjalan lebih baik lagi," katanya. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia agak terhambat, karena berbagai gejolak yang menekan pertumbuhan tersebut baik dari domestik maupun global. Gejolak domestik yang terjadi saat ini seperti gejala alam yang mengakibatkan produksi berkurang antara lain beras dan kedelai. Sedangkan gejolak global terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa mengakibatkan ekspor Indonesia mengalami penurunan, tuturnya. Ditanya mengenai pasar obligasi, menurut dia, saat ini agak lesu, karena pelaku pasar terutama asing sedang menahan diri, mereka menunggu munculnya keputusan The Fed yang akan menurunkan suku bunganya. Meski pasar obligasi melesu, namun nilai tukar rupiah berada dalam level yang aman, bahkan berpeluang untuk menguat, katanya. Rupiah saat ini berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS yang berkisar antara Rp9.172 per dolar AS (Beli) dan Rp9.175 per dolar AS (Jual) menguat setelah The Fed menurunkan suku bunganya pada Januari lalu sebanyak dua kali, sehingga posisi bunganya mencapai tiga persen. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008