London (ANTARA News) - Sundulan kepala Jonathan Woodgate pada babak perpanjangan waktu membawa pertandingan final Piala Liga berdenyut semakin keras, setelah Tottenham Spurs bangkit dari ketertinggalan untuk mengalahkan Chelsea 2-1 dan merebut gelar pertama mereka dalam sembilan tahun terakhir ini, Minggu. Kemenangan tersebut sangat layak dialamatkan kepada pelatih Tottenham, Juande Ramos, setelah empat bulan menangani klub tersebut. Gol Didier Drogba pada babak pertama dari tendangan bebas membawa juara bertahan berada di jalur yang benar untuk mempertahankan trofi juara. Tetapi Spurs mampu menyamakan kedudukan dari titik penalti melalui Dimitar Berbatov --setelah Wayne Bridge menyentuh bola di kotak penalti-- membuat pertandingan harus diselesaikan dengan babak perpanjangan waktu dan Spurs, yang seharusnya bisa memetik kemenangan dalam waktu 90 menit, akhirnya membukukan gol kedua yang pantas mereka dapatkan pada menit ketiga babak perpanjangan waktu. Jermaine Jenas melepaskan tendangan bebas melengkung dari sisi kiri lapangan dan Woodgate yang berada di belakang bek Chelsea mampu mendapatkan bola tersebut untuk kemudian menanduknya. Kiper Peter Cech masih berusaha memukul bola tersebut tetapi Woodgate berada pada posisi yang terlalu dekat dan bola tersebut memantul di kepalanya dan masuk ke gawang. Bagi Woodgate, gol tersebut adalah gol pertamanya dalam dua tahun. "Saya tidak mempercayainya. Saya hanya berusaha untuk bisa menyundulnya," kata Woodgate, sebagaimana dikutip AFP. "Saya pikir kami pantas menang. Kami adalah tim terbaik hari ini dan kami melawan tim yang sangat ulet," katanya. Chelsea pun hanya bisa menghitung berapa kali tidak mendapat keuntungan dari tendangan penalti, ketika pada babak kedua perpanjangan waktu, Woodgate tampaknya melakukan pelanggaran kepada Drogba di kotak penalti dan Paul Robinson harus melakukan penyelamatan dengan kakinya untuk menghalau tendangan dari pemain pengganti Salomon Kalou. Tetapi secara keseluruhan bos Chelsea, Avram Grant sepertinya akan mendapat keluhan dari kegagalannya untuk menyamai prestasi dari pendahulunya Jose Mourinho yang merebut gelar pada 2005 dan 2007. Grant mengatakan: "Hingga pertengahan babak kedua, Tottenham belum dapat mengontrol pertandingan. Kami mendominasi pertandingan dan mereka tidak bertenaga. "Setelah itu, mereka mendapat penalti yang sebenarnya bukan merupakan penalti. Wasit seharusnya tidak perlu meniup peluit," katanya. "Pada perpanjangan waktu, wasit memimpin dengan buruk, selalu menghentikan permainan. Kemudian ia meniup peluit untuk mengakhiri pertandingan saat kami tengah membangun serangan. Ini adalah kekalahan yang kasar. Kami sangat kecewa, begitu pula dengan pemain," katanya. Harapan Tottenham untuk menahan gempuran lini depan Chelsea --diperkuat Drogba dan Nicolas Anelka untuk pertamakalinya-- mendapat dukungan dari King yang kembali memperkuat lini pertahanan, kapten tim yang mengalami cedera itu menyatakan diri dalam kondisi fit dan tampil untuk pertamakalinya sejak menang 5-1 atas Arsenal di semifinal leg kedua bulan lalu. King sepertinya ingin membuktikan diri sebagai pemain yang memiliki pengaruh besar kepada tim dalam pertandingan lebih dari dua jam tersebut, tetapi barisan belakang Chelsea-lah yang justru mendapat tekanan pada 30 menit pertama saat Tottenham mampu membukukan kesempatan emas untuk membuka keunggulan. Setelah Pascal Chimbonda menyundul tendangan pojok Aaron Lennon namun masih di atas mistar, Berbatov mampu keluar dari tekanan Terry dan Ricardo Carvalho dan mendapat umpan dari Keane namun sundulannya masih terlalu lebar di sisi kiri Cech. Kiper Chelsea melakukan penyelamatan gemilangnya yang pertama, menjatuhkan diri ke kanan gawang untuk menahan bola hasil tendangan Steed Marbranque. Tidak sampai 28 menit, Chelsea justru memiliki kesempatan emas untuk menyarangkan gol dan usaha Frank Lampard dari jarak 25 yard membuktikan bahwa ia lebih layak dipilih daripada Michael Ballack. Menjadi tanda Usaha tersebut menjadi tanda bahwa juara bertahan akan semakin menekan dan setelah menahan dua tendangan bebas, Spurs pun tertinggal setelah Didier Zokora dengan kasar mencoba menghalangi serangan Drogba. Kontak tubuh yang keras tersebut membuat Zokora diganjar kartu kuning dan Drogba pun semakin membuat Spurs tertekan dengan gol dari tendangan bebas yang bersarang di sisi kiri gawang. Saat pertandingan tersisa setengah jam, Ramos mengambil resiko dengan hanya menempatkan tiga pemain di lini belakang, memasukkan Tom Huddlestone ke lini tengah dan menarik Chimbonda. Keputusan tersebut disambut gerutuan pemain belakang tersebut saat masuk ruang ganti, tetapi keputusan manajer Tottenham tersebut membuahkan hasil saat Huddlestone mampu masuk ke area penalti dan mendapat umpan dari Lennon saat waktu tersisa 20 menit. Saat Bridge berusaha untuk menghalanginya, bek Chelsea itu dua kali menyentuh bola dan setelah berbicara dengan asistennya, wasit Mark Halsey menunjuk titik putih, dan Berbatov membuat Cech menyelamatkan daerah kosong sekaligus menyamakan kedudukan. Spurs memiliki kesempatan terbaik untuk memastikan kemenangan dalam waktu reguler, yaitu saat pertandingan tersisa 10 menit. Zokora berada dalam posisi bebas tetapi tendangan gelandang itu mampu membentur kepala Cech yang kemudian bergulir di atas mistar. Cech kemudian terlihat pusing tetapi ia masih mampu tampil waspada untuk kembali melakukan penyelamatan gemilang dari tendangan Berbatov dan memaksa pertandingan diselesaikan dengan babak perpanjangan waktu. (*)
Copyright © ANTARA 2008