Kosovska Mitrovica (ANTARA News) - Warga Serbia di Kota Kosovska Mitrovica, Kosovo utara, memandang Kremlin sebagai penyelamat dan semuanya yakin situasi akan berubah dan akan terjadi kekerasan.
Pada hari Sabtu, sebagaimana yang terjadi setiap hari sejak Kosovo memproklamirkan diri sepekan lalu, terjadi unjuk rasa di Mitrovica.
Unjuk rasa itu bertujuan menunjukkan bahwa "ini belum berakhir," dan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB 1244 "sudah dilanggar."
Mereka menganggap resolusi yang mengakhiri koflik di Kosovo tahun 1998-1999 itu memberi "otonomi luas" di provinsi tersebut, artinya menegaskan kedaulatan Beograd atas wilayah itu.
Mitrovica merupakan lambang ketegangan etnik di Kosovo karena terdapat 80 ribu etnik Albania di sebelah selatan kota dan 20 ribu etnik Serbia di sebelah utara.
Protes dengan kekerasan yang dilakukan minoritas Serbia memaksa Uni Eropa (UE) menarik staf dari kota itu pada Sabtu.
Demonstrasi terbaru berlangsung damai, walaupun ada tiga mercon yang dilemparkan ke polisi Kosovo dan polisi PBB.
Unjuk rasa pada Sabtu menampilkan rangkaian bunga bertuliskan "Terima Kasih untuk Rusia", suatu pengakuan betapa pentingnya pernyataan pemimpin Rusia untuk warga Kosovo etnik Serbia.
"Kalian sudah mendengar Putin dan Rogozin! kemungkinan ada eskalasi. Rusia bisa saja mengirim tentaranya. Itulah keinginan kami satu-satunya kami dan mereka tidak akan mengecewakan kami," kata Sava Mirkovic, (70).
Presiden Rusia, Vladimir Putin, Jumat menggambarkan kemerdekaan Kosovo sebagai "preseden yang mengerikan" yang nantinya akan "menampar muka" Barat dan mendatangkan "akibat yang tak diduga-duga.
Wakil Rusia untuk NATO, Dmitry Rogozin, pada hari yang sama memperingatkan bahwa Moskow berhak "menggunakan kekuatan" jika NATO atau EU melanggar resolusi-resolusi PBB mengenai Kosovo, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008