Dili (ANTARA News) - Bekas mayor militer Timor Leste (FDTL) yang dipecat dan pernah ikut menentang pemerintahan negara itu, Mayor Augusto "Tara" Araujo, mengajak ratusan prajurit yang dipecat dari dinas dan masih memilih melawan pemerintah untuk segera menyerahkan diri secara baik-baik. "Lebih baik menyerah segera. Datanglah ke sini, karena bukan untuk dibunuh melainkan untuk saling bicara mencari pemecahan yang terbaik. Dengarlah kata Panglima Matan Ruak," katanya kepada ANTARA News di Dili, Timor Timur, Sabtu. Tara merupakan salah satu tokoh bekas pecatan, yang memilih untuk tidak lagi mengikuti garisan politik Mayor Alfredo Reinado Alves, yang sejak dipecat pada Mei 2006 memilih untuk melawan pemerintahan sah negara itu. Saat itu, Reinado menuntut agar pemerintah memperbaiki kinerja dan perilaku dalam memerintah negara yang meraih kemerdekaannya pada 20 Mei 2002 itu. Dalam konteks permasalahan yang ditimbulkan dari para petisioner eks pecatan militer negara itu, Tara juga diharapkan pemerintah yang diwakili Pejabat Presiden, Fernando "Lasama" Araujo, agar bisa mengeluarkan imbauan kepada mereka untuk tidak melanjutkan lagi perlawanan mereka. Menurut Tara, ada tiga alternatif pemecahan yang dicoba ditawarkan pemerintah. Itu adalah menyaring kembali mereka agar bisa diterima dalam dinas aktif ketentaraan, memberikan kompensasi alias memberikan modal usaha, dan terakhir, membuka peluang kepada mereka agar bisa menjadi tenaga kerja terampil Timor Timur di luar negeri. Para petisioner ini adalah "pecahan" kelompok tentara Timor Timur (FDTL), yang dipecat dari dinas ketentaraan oleh Perdana Menteri (saat itu) Jose Ramos Horta pada Mei 2006. Mereka, yang saat itu dipimpin Mayor Alfredo Reinado Alves, menuntut pemerintah yang berkuasa saat itu untuk memperbaiki kinerja dan perilakunya dalam memimpin negara muda itu. Sejak mereka dipecat, Timor Leste mengalami kembali pergolakan politik dan keamanan dalam negeri, yang berpuncak pada penutupan sementara semua pintu lintas batas Indonesia dengan Timor Leste , sebagai upaya mencegah kelompok Reinado mendapat keleluasaan ruang gerak. Oleh Horta, mereka sempat diburu pasukan pengamanan PBB pimpinan Australia, namun kemudian mendapat "pengampunan" sehingga Reinado dan pengikutnya tidak ditangkap. Sejak saat itu, keriuhan politik mereda mengikuti pembentukan pemerintahan baru yang dipimpin Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmao pada pertengahan 2007 lalu. Namun, perjalanan waktu memberikan alternatif lain mana kala Reinado akhirnya terbunuh dalam upaya kelompok itu melakukan upaya pembunuhan terhadap diri Horta dan Gusmao di kediaman masing-masing.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008