Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan keberatan kepada pemerintah AS atas penembakan terhadap satelit mata-matanya melalui kapal perangnya USS Lake Erie di atas perairan Pasifik dekat Hawai, Kamis (21/2). "LAPAN dan Deplu akan berkoordinasi untuk menyatakan keberatan ini dalam forum keantariksaan untuk maksud damai PBB (UN Committee on Peaceful Uses of Outer Space/UNCOPUOS)," kata Koordinator Program Observasi dan Informasi Orbit Satelit dan Potensi Bahaya Sampah Antariksa, LAPAN Abdul Rahman yang dihubungi di Bandung, Sabtu. Dengan alasan mengamankan satelit berbahan bakar hydrazine berbahaya (USA 193) yang bergerak dengan kecepatan 7,6 km per detik tak terkendali di angkasa, AS menembak satelit tersebut hingga tercerai-berai menjadi serpihan berbagai ukuran yang bergerak dengan kecepatan tinggi. "Penembakan kemarin itu menebarkan sekitar 80 serpihan yang masih berbahaya untuk lingkungan antariksa di mana ratusan satelit aktif beroperasi. Serpihan sampah satelit, bisa berakibat fatal jika sampai menabrak satelit yang bergerak dengan kecepatan sekitar 8km per detik," katanya. Serpihan yang beterbangan di radius sekitar 200an km di ketinggian 245 km itu juga berbahaya bagi lingkungan bumi, karena bisa menjatuhi masyarakat. Satelit mata-mata Rusia bertenaga nuklir Cosmos 1402, ujarnya, pernah jatuh di Kanada 1982. Ia mengatakan, unjuk kebolehan tersebut bertentangan dengan Space Treaty 1967 bahwa antariksa milik semua umat manusia dan digunakan hanya untuk maksud damai. Pihaknya juga bersiap mengantisipasi serpihan tersebut yang diperkirakan akan memasuki atmosfer dalam 40 hari dan terus memantau dan berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PP). Pada 11 Januari 2007, China melakukan uji penghancuran satelit Feng Yun 1C yang kebetulan hanya berselang beberapa jam setelah satelit LAPAN-TUBSAT diorbitkan dari Sriharikota, India sehingga membuat khawatir RI. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008