Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Semen Gresik (SMGR) Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa manajemen perusahaannya tengah mengkaji untuk membuka pabrik semen baru di pulau Sumatera."Kita masih melakukan kajian , apakah secara ekonomis sudah menguntungkan. Jika iya, maka akan segera akan diangun," kata Sucipto, dalam acara Media Workshop di Bogor, Sabtu.Menurut Sucipto, pertumbuhan konsumsi semen di luar pulau Jawa cukup tinggi, sehingga memacu produsen membuka pabrik di luar Jawa. Namun, lanjutnya, masih perlu ada kajian apakah secara value dan volume sudah bisa memenuhi, maka akan segera dibangun. "Memang pertumbuhannya tinggi , namun jika volume dan valuenya masih kecil belum bisa dibangun," katanya. Pasar semen domestik semen di Indonesia pada 2007 konsumsinya mencapai 34,2 juta ton atau naik 6,3 persen dari tahun sebelumnya. Dari konsumsi semen 2007 ini, pulau Jawa masih terbesar yakni 19,7 juta ton atau tumbuh 5,1 persen, sedangkan Sumatera sebanyak 8,0 juta ton atau naik 8,0 persen, Kalimantan sebanyak 2,0 juta ton naik 13,9 persen, Sulawesi 2,1 juta ton naik 6,9 persen dan wilyah Indonesia Timur 2,4 juta ton naik 6,0 persen. Sucipto hanya mengungkapkan bahwa rencana pembangunan pabrik baru ini dalam waktu dekat akan dilakukan di Sulawesi Selatan. "Pembukaan pabrik baru ini untuk menambah kapasitas produksi PT Semen Tonasa," jelasnya. Pabrik baru ini akan memiliki kapasitas produksi 2,5 juta ton per tahun dengan invstasi sekitar 315 juta dolar AS, katanya. Penambahan pabrik baru tersebut untuk mempertahankan pangsa pasar semen nasional yang pada 2007 sebesar 44 persen. Pangsa pasar secara nasional, SMGR secara grup sebesar 44 persen, dimana SMGR sendiri menguasai 21,6 persen, Semen Padang 14 persen dan Semen Tonasa sebesar 8,6 persen. Sedangkan di luar grup SMGR, dikuasai oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa sebesar 30,9 persen, PT Semen Holcim Indonesia sebesar 14,6 persen dan lain-lain 10,2 persen. Walaupn banyak tantangan pada tahun ini, yakni menurunnya perekonomian global, naiknya energi dan masih kecilnya daya beli masyarakat, namun masih ada pertumbuhan industri semen sebesar 6 persen. "Tahun 2008 pertumbuhan produksi semen relatif sama dengan 2007, jadi masih tumbuh sekitar 6 persen," katanya. Dia juga mengungkapkan konsumsi domestik 2008 sekitar 35,241 juta ton dan diharapkan perseroan masih mempertahankan sekitar 44 persen. Namun Sucipto mengingatkan bahwa produksi semen dalam tahun ini masih "over suply" (kelebihan permintaan), sementara biaya produksi cenderung naik akibat energi (BBM dan batubata) naik dan daya beli masyarakat yang masih rendah membuat persaingan semakin ketat.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008