Beruntungnya banyak pihak yang ikut membantu menyalurkan air bersih

Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mencatat musibah kekeringan di wilayahnya terus meluas dan kini mencapai belasan desa.

Anggota Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Bekasi Andika Rahman di Cikarang, Jabar, Minggu menyebutkan, sejumlah desa yang mengalami kekeringan itu berada di tiga kecamatan.

Di Kecamatan Bojongmangu tercatat ada lima desa yakni Bojongmangu, Karangmulya, Karangindah, Medal Krisna, dan Sukamukti.

Empat desa di Kecamatan Cikarang Pusat juga mengalami kekeringan di antaranya Pasiranji, Cicau, Sukamahi, dan Jayamukti.

"Yang pertama mengalami kekeringan adalah Kecamatan Cibarusah yakni di Desa Ridhomanah, Ridhogalih dan Desa Sirnajati," katanya.

Sementara dua kecamatan lainnya juga berpotensi mengalami musibah serupa yakni Kecamatan Cikarang Selatan tepatnya Desa Ciantra dan Desa Serang serta Desa Sirnajaya, Cilangkara, Nagacipta, Nagasari, dan Desa Sukasari di Kecamatan Serang Baru.

Pihaknya mengaku terus melakukan distribusi air bersih ke sejumlah wilayah yang dilanda kekeringan namun dikarenakan keterbatasan jumlah armada dan petugas, belum semua pasokan air terdistribusi.

"Beruntungnya banyak pihak yang ikut membantu menyalurkan air bersih. Seperti di Bojongmangu sudah ada yang menyuplai air bersih dari instansi terkait. Sementara di Cikarang Selatan warga mendapat air bersih bantuan dari sejumlah perusahaan di daerah setempat," ucapnya.

Dari semua wilayah terdampak kekeringan, Kecamatan Cibarusah menjadi wilayah terparah sebab di daerah tersebut sudah tidak memiliki sumber air.

Kali Cihoe dan Kali Cipamingkis yang tadinya menjadi lokasi pencarian air terakhir, ternyata airnya kini sudah berubah keruh dan kering.

"Jadi, mereka hanya mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah. Kita sudah kirim dari jajaran Polsek dan Polres Bekasi juga ikut bantu salurkan air bersih," katanya lagi.

Menurut Andika, penyebab kekeringan di wilayah itu karena dataran wilayah tersebut tinggi sementara kontur tanahnya mengandung kapur sehingga tidak mengandung banyak air di dalamnya.

"Memang wilayahnya sulit sumber air tanahnya. Hampir kebanyakan warga yang membuat sumur resapan, tidak pernah berhasil karena saat digali di dasar tanah kebanyakan batu kapur," jelasnya.

"Andalan warga, air hujan dan air dari kali itu. Kalau tidak ada hujan dalam waktu lama pasti paling pertama yang kekeringan. Makanya, warga akan senang kalau hujan turun," kata Andika.

Baca juga: Dampak kekeringan, petani di Bekasi diimbau tunda tanam padi
Baca juga: Bantuan pompa hingga asuransi tani, jurus pemerintah hadapi kekeringan
Baca juga: Upaya petani Banten mengantisipasi kekeringan

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019