Bus dan kereta menghasilkan lebih sedikit jejak karbon."

Jakarta (ANTARA) - Saat ini melakukan perjalanan wisata tak lagi terdengar mewah karena bukan hanya kalangan berdompet tebal saja yang bisa melakukan hal itu lantaran siapa pun dapat merancang anggaran yang rendah (low budget) secara lebih mudah.

Hari ini, berbagai kalangan bisa berwisata dengan dana yang lebih sedikit. Tren itu disebut anggaran perjalanan wisata (budget travel).
Cara itu merupakan bentuk wisata berbiaya murah yang mencakup akomodasi dan transportasi. Istilah itu cukup populer di kalangan milenial.

Bagi milenial, pergi wisata ke berbagai tempat dengan titik tujuan (spot) menarik atau layak tayang di Instagram (instagenic) telah menjadi salah satu bagian dari gaya hidup. Biasanya, wisatawan milenial menggemari wisata petualangan, eksplorasi, dan perjalanan darat (road trips).

Memang, generasi milenial mungkin belum seluruhnya kuat secara finansial, tetapi memiliki banyak waktu.

Melalui media sosial, mereka dapat dengan mudah membuat perencanaan perjalanan berbiaya murah. Apalagi, saat ini banyak "travel blogger" atau "travel vlogger" yang memberikan tips di akun sosial media mereka tentang bagaimana melakukan perjalanan dengan biaya murah.

Tren budget travel, akhirnya membentuk tren ekonomi digital sehingga petualangan dan kenang-kenangan di suatu tempat mengalahkan barang-barang bermerek.

Baca juga: Traveloka Xperience suguhkan perpaduan layanan travel dan lifestyle

Pentingnya perencanaan

Travel Blogger, Famega Syavira Putri, mengatakan, perencanaan perjalanan menjadi hal yang penting dalam wisata low budget. Selain itu, perlu juga dilakukan riset rute perjalanan dan persiapan dokumen, terutama jika ingin melakukan wisata ke luar negeri.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam merancang perjalanan berbiaya murah adalah pemilihan moda transportasi dan tempat menginap.

Perjalanan darat dinilainya bisa menjadi pilihan karena relatif lebih murah ketimbang melalui udara. Tak hanya itu, Fame, panggilan akrabnya, mengatakan, perjalanan darat merupakan salah satu cara untuk mengurangi jejak karbon, setidaknya tidak lebih banyak dibandingkan menempuh perjalan dengan pesawat.

"Bus dan kereta menghasilkan lebih sedikit jejak karbon," katanya, merujuk pencemaran lingkungan hidup yang meninggalkan pencemaran dari bahan bakar fosil layaknya bensin, solar dan avtur.

Untuk penginapan yang low budget, biasanya Fame memilih menginap di motel atau homestay. Saat ini, sudah banyak warga di lokasi wisata yang membuka rumah mereka menjadi penginapan bagi wisatawan.

Meskipun memilih penginapan murah, ia mengingatkan para pelancong supaya tidak melupakan faktor kenyamanan dan keamanan.

Baca juga: Tips mendaki gunung tanpa sampah

Didukung teknologi

Di era kemajuan teknologi saat ini, hampir semua aktivitas dilakukan melalui platform digital. Perencanaan perjalanan wisata low budget semakin mudah dengan kemunculan berbagai perusahaan agen perjalanan berbasis digital. Dengan berselancar di gawai pintar, milenial dapat membuat rencana perjalanan dengan memesan tiket perjalanan, kamar dan tiket masuk lokasi wisata.

Salah satu perusahaan rintisan berbasis digital itu adalah Airy.

Perusahaan tersebut menyediakan layanan pencarian kamar bagi wisatawan yang akan berwisata di Indonesia. Mereka menyediakan kamar dengan harga bersaing yang dapat dipilih wisatawan sesuai dengan keuangan mereka.

Airy gencar melakukan kerja sama dengan hotel-hotel berbiaya murah (hotel budget) di sejumlah daerah untuk segi pemasarannya.

"Banyak orang dengan 'budget' minimum ingin melakukan perjalan wisata. Artinya, mereka 'traveling' tidak mencari hotel mewah, kita membantu pemasaran homestay atau hotel budget di daerah," kata Vise President Commercial Airy, Viko Gara.

Melalui kerja sama pemasaran itu, ia mengklaim telah mendorong tingkat keterisian (okupansi) kamar membaik. Alhasil, peningkatan okupansi itu menggeliatkan kemunculan usaha informal berskala mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Kehadiran UMKM mungkin belum signifikan kontribusinya bagi pemerintah, tetapi dapat menggerakan ekonomi," katanya.

Chief Operating Officer Airy Danny Handoko mengatakan, Airy mendukung jasa perhotelan biaya terjangkau dengan "Property Management System" sehingga memudahkan konsumen memesan kamar hotel serta memajukan ekonomi digital Tanah Air.

"Terbukti, Airy berhasil mendorong tingkat okupansi para mitra pemilik properti kategori Airy Flagship hingga 60-70 persen per bulan, bahkan mengurangi biaya operasional sebesar 30-35 persen," ujarnya.

Dijelaskan, setiap kamar hotel mitranya menyediakan setidaknya tujuh fasilitas utama yakni pendingin ruangan (AC), televisi, tempat tidur yang bersih, air minum, makanan ringan, perlengkapan dasar mandi, dan air panas.

Baca juga: Beda penerbangan langsung dengan penerbangan "nonstop"

Kebutuhan berwisata

Wisata saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan pariwisata Indonesia dari tahun ke tahun terus tumbuh.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan wisatawan nusantara sejak 2002 hingga 2018 terus mengalami peningkatan. Pada 2002, tercatat perjalanan wisata sebanyak 200,59 juta kali, naik menjadi 303,4 juta kali pada 2018.

Total pengeluaran wisatawan nusantara juga mengalami peningkatan signifikan, yaitu dari Rp68,82 triliun menjadi Rp291,02 triliun pada 2018. Kenaikan signifikan terjadi sejak 2013, dengan total pengeluaran sebesar Rp177,84 triliun menjadi Rp213,97 ttiliun pada 2014.

Masih dari catatan hasil Survei Wisatawan Nusantara 2018 yang diterbitkan BPS, penduduk yang paling banyak melakukan perjalanan berasal dari wilayah Jawa. Daerah tujuan wisatawan nusantara paling banyak ke Jawa Timur, yaitu 17,96 persen, diikuti ke wilayah Jawa Barat (17,37 persen), dan Jawa Tengah (14,92 persen).

Wisatawan yang berkunjung ke wilayah di Indonesia selama 2018 sebagian besar dilakukan oleh wisatawan muda. Wisatawan usia 15 tahun proporsinya mencapai 24,2 persen dan cenderung meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Wisatawan kelompok usia 25 tahun hingga 34 tahun mencapai 15,3 persen, sementara kelompok usia 35 tahun hingga 44 tahun mencapai 18,8 persen.

Sementara itu, penggunaan transportasi darat mendominasi perjalanan wisatawan nusantara, yaitu lebih dari 80 persen. Sementra, komposisi akomodasi didominasi oleh menginap di rumah teman atau keluarga, yaitu mencapai 41,3 persen.

Baca juga: Lima tips liburan ke tempat dingin

Baca juga: Yang harus disiapkan sebelum melancong dengan lansia

Baca juga: Enam tips melancong saat musim liburan

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019