Chicago (ANTARA News) - Kaum lanjut usia, lansia yang mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang hari memiliki resiko empat kali lebih besar untuk terkena stroke, demikian dikatakan para peneliti Amerika (Serikat) Jumat.
Mereka juga menemukan resiko yang lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung dan sejumlah penyakit yang memiliki kaitan dengan pembuluh darah jantung yang terkantuk-kantuk pada siang hari tanpa melakukan kegiatan apapun.
"Bahkan para lansia yang tetap mengontrol penyakit-penyakit mereka seperti darah tinggi, diabetes, kelebihan berat badan, dan melakukan kegiatan fisik ditemukan mereka yang melakukan tidur siang umumnya mengalami serangan stroke," kata Bernadette Boden Albala dari Coumbia University di New York.
Albala beserta rekan-rekannya melakukan penelitian dengan melibatkan 2.153 para lanjut usia dengan kisaran umur 73 mengalami resiko stroke 2,6 lebih tinggi di antara lansia yang melakukan tidur siang hari dibandingkan dengan lansia yang tidak tidur siang hari.
Mereka-mereka yang secara nyata melakukan tidur siang setiap hari memiliki resiko 4,5 lebih tinggi untuk terkena stroke.
Hasil penelitian tersebut dibahas di pertemuan Persatuan ahli Stroke Amerika (Serikat) di New Orleans adalah yang pertama kalinya mencoba menelaah hubungan antara tidur siang dengan gangguan pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan stroke.
Penelitian lainnya juga menemukan bahwa para lansia yang mengalami gangguan berupa tidur pulas mendengkur pada malam hari dan mengalami kondisi berhentinya pernafasan juga memiliki resiko tinggi untuk terkena stroke.
Boden Albala dalam penelitiannya juga menyertakan orang-orang keturunan Spanyol, baik pria maupun wanita di atas usia 40 tahun yang menetap di kota New York, dan tak ada satupun di antara mereka yang terkena serangan stroke.
Para peneliti menanyakan seberapa sering mereka tertidur dalam situasi tertentu misalnya saat menonton televisi, duduk tenang setelah makan siang tanpa mengkonsumsi minuman beralkohol dan pada saat menunggu lampu lalu lintas.
Sebanyak 44 persen mengatakan mereka tidak tertidur sama sekali, 47 persen tertidur untuk waktu pendek, 9 persen tertidur pulas.
Setelah berselang 2,5 tahun Albala dan rekan-rekan kembali memeriksa berapa banyak yang terkena stroke atau penyakit gangguan pembuluh darah jantung misalnya serangan jantung.
Mereka menemukan 40 mengalami stroke dan 127 lainnya mengalami penyakit gangguan pembuluh darah jantung dengan segala resikonya.
Para peneliti menemukan para lansia yang mengalami kesulitan paling hebat untuk tetap terbangun pada siang hari mengalami resiko stroke yang paling tinggi namun kejutan yang paling besar adalah di kalangan mereka yang tidur siang masuk kelompok moderat.
"Kami juga menemukan kelompok ini memiliki resiko sebesar 2,5 kali lebih tinggi terkena stroke dan sekitar 60 persen mengalami resiko akibat gangguan pembuluh darah jantung," kata Boden Albala.
Albala namun mengatakan masih belum jelas apa kaitan antara rasa kantuk siang hari atau tertidur mendengkur dengan disertai berhentinya kondisi bernafas pada saat tidur pada malam hari dengan meningkatnya resiko terkena stroke.
"Apa kaitannya antara faktor-faktor kondisi tersebut, kami harus menyelidiki lebih jauh," katanya.
Dari satu penelitian lainnya yang hasilnya juga dikemukakan di pertemuan di New Orleans bahwa melakukan kegiatan aerobik dengan gerakan yang ringan dapat membantu lansia terhindar dari stroke bahkan mereka yang menderita penyakit jantung atau diabetes sekalipun.
Penelitian tersebut yang melibatkan 60 ribu orang mengemukakan manfaat kegiatan olah raga ringan untuk mencegah stroke.
"Kami menemukan kegiatan olahraga mulai dari yang paling ringan hingga sedang bagi pria dan wanita lansia dapat mengurangi resiko terkena stroke dan serangan jantung," kata Steven Hooker dari Universitas South Caolina.
Sekitar 780 ribu lansia di AS terkena stroke setiap tahunnya dan 150 ribu diantaranya meninggal dunia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008