Cisarua, Bogor (ANTARA News) - Terri Raines Irwin, janda mendiang "Pemburu Buaya" Steve Irwin, akan berkunjung ke Lembaga Konservasi "ex-situ" satwa liar, Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk sejumlah agenda yang berkaitan dengan konservasi. Koordinator Umum Forum Konservasi Satwaliar Indonesia (Foksi), yakni wadah berhimpunnya berbagai elemen yang 80 persen berasal dari kalangan pers peduli pada persoalan konservasi satwa liar, di Cisarua, dalam penjelasan khusus kepada ANTARA, Jumat, mengemukakan Terri Irwin akan berkunjung ke TSI Cisarua, Sabtu (23/2), sekira pukul 12.00 WIB. Steve Irwin, panggilan karib sosok Stephen Robert Irwin, yang dikenal sebagai "naturalis sejati" itu, tewas secara tragis pada 4 September 2006 ketika seekor ikan pari menusuk dada dan jantungnya saat ia sedang melaksanakan syuting untuk sebuah fragmen dokumentasi bagi acara televisi putrinya. Dalam berbagai program televisi, seringkali ia membawakannya bersama istrinya Terri Irwin, dimana pasangan itu juga memiliki dan mengelola Kebun Binatang Australia (Australia Zoo) di Beerwah, Queensland, Australia. Menurut Tonny Sumampau, yang juga Direktur TSI Cisarua, kedatangan Terri Irwin ke Cisarua adalah rangkaian dari sejumlah kegiatannya ke Indonesia. Sebelumnya, Terri Irwin membantu menangkap buaya yang telah memangsa penduduk di Meulaboh, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam (NAD), serta memberikan bantuan peralatan dan kendaraan kepada Departemen Kehutanan (Dephut) untuk program penyelamatan harimau Sumatra. Untuk kedatangannya ke TSI Cisarua, kata Tony Sumampau, karena di antara TSI dan Kebun Binatang Australia yang dikelola Steve dan Terri Irwin, telah terjalin kerjasama "sister park". "Bahkan, kedatangan Ibu Terri Irwin ini adalah untuk melihat persiapan sejauh mana kesiapan TSI untuk menerima bantuan 15 Kanguru asal Australia yang disumbangkan sebagai koleksi baru di TSI Cisarua," katanya. Ia menjelaskan, selain Kanguru, Kebun Binatang Australia juga memastikan bahwa TSI Cisarua juga akan mendapatkan sumbangan satwa khas Australia lainnya, yakni sepasang "Koala Bear" (Koala), meski khusus untuk Koala memang membutuhkan izin khusus, namun untuk hal itu, pihak Terri Irwin-lah yang mengusahakannya, sedangkan TSI adalah pihak yang menerima sumbangan. Untuk dua satwa khas Australia itu, katanya, nota kesepahaman (MoU) sudah ditandatangani tahun lalu oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Dephut, dan kini sedang menunggu pelaksanaannya. "Khusus untuk Koala, kemungkinan baru bisa terwujud dua tahun ke depan, mengingat perlunya kesiapan tumbuhan `eucalyptus`, yang menjadi sumber makanan Koala, jenis yang ada di TSI dan sudah ditanam sejak enam tahun lalu perlu ditambah, sedangkan untuk Kanguru, mungkin bisa direalisasi tahun ini juga," katanya. Ditambahkannya bahwa Kanguru asal Australia itu akan melengkapi koleksi Kanguru asal Provinsi Papua yang sudah dimiliki TSI Cisarua. "Kanguru asal Papua berukuran lebih kecil, yakni tingginya rata-rata 70 cm, sedangkan Kanguru asal Australia tingginya sekira 1,8 meter," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008