Beograd (ANTARA News) - Satu orang ditemukan tewas setelah perusuh membakar kedutaan besar (kedubes) AS di Beograd, Kamis, sementara bentrokan dengan polisi Serbia melukai lebih dari 90 orang dalam kerusuhan menyusul proklamasi kemerdekaan Kosovo.Mayat terbakar yang ditemukan di kedubes tersebut belum diidentifikasi, tapi wanita jurubicara kedutaan mengatakan orang itu bukan anggota staf."Semua staf selamat," kata Rian Harris. Sebanyak 32 personil polisi termasuk di antara korban cedera dalam bentrokan tersebut --yang terjadi setelah protes besar tapi damai guna menentang kemerdekaan Kosovo. Sementara polisi berada di lapangan, beberapa ratus pemuda yang memakai tutup kepala dan selendang menyulut api dan menyerbu misi AS itu, sehingga menimbulkan kebakaran selama lebih dari satu jam. Departemen Luar Negeri AS mengajukan protes resmi kepada pemerintah Serbia dan menyebut situasi tersebut "tak dapat ditolerir". Jurubicara Departemen Luar Negeri AS Sean McCormack sebelum pembakaran mengatakan Amerika Serikat mendesak pemerintah Serbia agar membantu melindungi kedubes AS di Beograd. "Kami menghubungi pemerintah Serbia agar menjamin bahwa mereka menyediakan aset yang memadai guna memikul tanggung jawab internasional mereka untuk membantu melindungi instalasi diplomatik, dalam kasus ini kedutaan besar kami," kata McCormack. Menurut laporan media, sebagian pemrotes memasuki kedubes AS di Beograd dan membakar sebagian kantor. Polisi anti-huru hara belakangan datang, menangkap beberapa pemrotes dan mengusir mereka. Serbia telah mengutuk pengakuan AS atas proklamasi kemderkaan Kosovo, bekas provinsi Serbia. Kedutaan besar lain juga menjadi sasaran kerusuhan selama beberapa jam, terutama milik negara Barat yang telah mengakui proklamasi kemerdekaan Kosovo dari Serbia. Penentangan Serbia atas proklamasi kemerdekaan Kosovo didukung oleh Rusia di Dewan Keamanan (DK) PBB. Kerusuhan tersebut terjadi setelah lebih dari 150.000 orang melancarkan protes damai di luar parlemen lama Yugoslavia di dekat gedung kedubes AS, dalam pertemuan terbuka yang diselenggarakan pemerintah guna menentang kemerdekaan Kosovo. Serukan PenghentianSementara itu Presiden Serbia Boris Tadic, yang sedang melakukan kunjungan ke Romania, menyerukan segera diakhirinya kerusuhan, demikian laporan kantor berita Beta. "Kepada semua yang ikut dalam kerusuhan, saya ingin meminta mereka agar mundur. Itu hanya merusak pertahanan kedaulatan dan integritas kita dan pertahanan kita atas Kosovo," kata Tadic sebagaimana dikutip Beta. Sejauh ini, 23 dari 27 negara anggota Uni Eropa telah mendukung kemerdekaan Kosovo, baik melalui pengakuan resmi atau pengumuman keinginan mereka untuk melakukannya. Siprus, Romania dan Spanyol secara terbuka menolak untuk melakukan keduanya. Ketika berpidato di hadapan kerumunan massa, Perdana Menteri Vojislav Kostunica berjanji Serbia takkan pernah menerima baik kemerdekaan Kosovo, demikian dilaporkan Xinhua dan AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008