Jakarta (ANTARA News) - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Polysindo Eka Perkasa Tbk. yang berlangsung di Jakarta, Kamis, menyetujui untuk melakukan "reverse stock" (meningkatkan nilai nominal) dengan rasio 20 : 1. "'Reverse stock' dilakukan, agar harga saham Polysindo lebih realistis, sehingga sesuai denga kinerja perseroan dan aksi korporasi yang akan dilakukan perseroan," kata Sekretaris Perusahaan Polysindo, unaryo di Jakarta, Jumat. Setelah "reverse stock" 20 saham lama akan menjadi satu saham baru. Selain itu, nilai nominal perseroan juga akan bertambah besar. Saat ini saham perusahaan bidang tekstil itu terdiri dari tiga seri, yakni seri A dengan nilai nominal Rp500 per saham, seri B dengan nilai nominal Rp50 dan saham seri C dengan nilai nominal Rp2 per saham. Setelah reverse stock maka harga saham dengan nilai nominal Rp 500 menjadi Rp10.000 per saham, seri B nilai nominalnya menjadi Rp1.000 dan seri C menjadi Rp40 per saham. Tunaryo mengatakan kemungkinan setelah reverse stock ada saham-saham yang di bawah nilai satu-satuan perdagangan (odd lot) atau kurang dari 500 lembar saham (1 lot). Untuk itu katanya PT Trimegah Securities Tbk telah menyatakan kesediannya untuk menjadi pembeli siaga. "Saham seri A dan C diperdagangkan di bursa. Sedangkan, seri B tidak diperdagangkan karena dimiliki oleh PPA (Perusahaan Pengelola Aset-Red)," kata Tunaryo. Tunaryo mengakui, dirinya tidak bisa memastikan apakah dengan aksi korporasi itu, reverse stock, maka harga saham Polysindo akan naik. Karena hal itu sangat tergantung dengan kondisi pasar. Komposisi kepemilikan saham dengan kode perdagangan POLY itu terdiri dari Damiano BV sebanyak 59,8 persen, dan sisanya publik. Di lain pihak, Chief Financial Officer Polysindo, Peter S Grant mengatakan, berharap kinerja Polysindo akan membaik, setelah Damiano menyuntikan dana sebagai fasilitas modal kerja, untuk pembelian bahan baku sebesar 55 juta dolar AS. Damiano sebagai pemegang saham mayoritas dan kreditur. "Ke depan, kita harapkan perseroan dapat improve paling tidak dari segi kinerja," kata Grant. Perseroan saat ini memiliki utang sebesar 1,6 miliar dolar AS, dimana 630 juta dolar AS dalam bentuk utang yang tidak berjamin, dan 1 miliar dolar AS merupakan utang berjamin. Untuk utang berjamin senilai 1 miliar dolar AS, sebanyak 28 persen dipegang oleh PPA. Dan hingga saat ini belum ada keputusan dari pihak PPA. Kinerja perseroan hingga akhir tahun 2007, membukukan Ebitda sebesar 12,5 juta dolar AS. Sedangkan, penjualan mencapai Rp 3,4 triliun. Menurut Tunaryo, produk Polysindo sebanyak 30 persen untuk ekspor dan 70 persen untuk lokal. Pasar ekspor meliputi negara-negara seperti Brazil, Amerika Latin, Afrika, dan Singapura. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008