Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi menguat tipis enam poin menjadi Rp9.162/9.170 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.174/9.220 per dolar AS atau naik 12 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova di Jakarta mengatakan, aksi beli rupiah oleh pelaku pasar relatif masih kecil, karena mereka menunggu keputusan bank sentral AS (The Fed) yang berencana akan menurunkan suku bunganya. Pelaku pasar cenderung tidak tergesa-gesa membeli rupiah dalam jumlah besar, apabila kepastian The Fed menurunkan suku bunganya masih belum final, ucapnya. Ia mengatakan, kenaikan rupiah ini sebenarnya sudah menunjukkan adanya sentimen positif dari The Fed, namun pelaku mengiinginkan lebih jelas berapa bunga Fedfund akan turun lagi. "Kami optimis apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya 50 basis poin menjadi 2,5 persen dari 3 persen, maka sentimen positif pasar akan lebih besar," katanya. Rupiah, lanjut dia juga akan mendapat sentimen positif dari aktifnya investor asing menempatkan dananya di surat utang negara (SUN), karena selisih bunga rupiah terhadap dolar AS makin tinggi. Bunga rupiah terhadap dolar AS saat ini mencapai lima persen (8-3) persen, bila The Fed jadi menurunkan bunganya maka selisih bunga itu akan menjadi 5,5 persen, ucapnya. Menurut dia peluang rupiah untuk menguat lebih jauh sampai di angka Rp9.100 per dolar AS semakin besar yang diperkirakan akan mampu meliwati angka Rp9.100 per dolar AS. "Kami optimis rupiah akan bisa mencapai level Rp9.100 per dolar AS karena sentimen positif pasar makin menguat, "ucapnya. Ia mengatakan, rupiah yang sempat terpuruk selama dua hari lalu hingga di angka Rp9.180 per dolar AS (sebelumnya sempat mencapai Rp9.138 per dolar AS), karena pelaku berspekulasi melepas rupiah setelah The Fed turunkan suku bunganya awal Januari lalu. Karena itu pasar saat ini menunggu keputusan The Fed apakah penurunan suku bunganya akan kembali terjadi untuk memicu ekonomi AS yang cenderung makin melambat, katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008