Jakarta (ANTARA News) - Gempa Simeuleu, Aceh, Rabu (20/2) pukul 15:08 WIB, melepaskan semua energi yang sebelumnya masih tersimpan di segmen tersebut, serta memicu Pulau Simeuleu bagian tengah naik hampir satu meter. "Sisa-sisa energi di sana sekarang ini sudah dilepas," kata Pakar Geologi Tektonik dari Puslit Geoteknologi LIPI, Dr Danny Hilman Natawidjaja, yang dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis. Ketika gempa Aceh berkekuatan 9,2 pada skala Richter (SR) pada 26 Desember 2004, Pulau Simeuleu bagian utara naik 1,5 meter, lalu ketika gempa Nias 8,7 SR pada 2005 giliran Simeuleu bagian selatan yang naik 1,5 meter. Kedua gempa besar itu, ujarnya, sedikit sekali mempengaruhi daerah tengah tersebut, namun "Simeuleu Saddle" itu selama ini diketahui masih menyimpan energi dan diperkirakan akan pecah dalam waktu dekat. "Kemarin (Rabu) semua energi di sana telah dilepas, gempa 7,3 SR (bukan 6,6 SR -red) tepat berada di Pulau Simeuleu bagian tengah. Jika dilihat dari samping, Pulau Simeuleu sekarang sudah kembali lurus (ketinggiannya -red)," katanya. Menurut dia, sepanjang Aceh-Nias ada sekitar delapan segmen patahan besar, termasuk patahan Sumatera di darat, yang masih memiliki potensi untuk menimbulkan gempa sampai 7 SR. Ditanya soal segmen-segmen patahan di perairan barat Bengkulu seperti segmen Mentawai, menurut dia, masih banyak memiliki potensi energi yang bisa memicu gempa sampai 8,9 SR. "Waktunya saya tidak tahu. Tapi memang tahunan bahkan lebih dari 10 tahun bisa juga. Makanya yang kita perlukan adalah kesiapsiagaan terhadap bencana," katanya. Sebelumnya BMG mengumumkan telah terjadi gempa Rabu (20/2) pukul 15:08:32 WIB pada titik lintang dan bujur 2.58 LU - 95.99 BT, 42 km BaratLaut Sinabang-NAD di kedalaman 30km, berkekuatan 6,6 SR. Namun kemudian kekuatan gempa yang menelan tiga korban tewas itu diralat BMG menjadi 7,3 SR, sementara itu US Geological Survey (USGS) menyebutkan kekuatan gempa tersebut sebesar 7,4 SR. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008