Seoul (ANTARA) - Seruan-seruan untuk memboikot produk-produk Jepang di Korea Selatan merebak sebagai tanggapan atas pembatasan Jepang atas ekspor bahan teknologi tinggi ke Korea Selatan pada Senin, sementara perselisihan terkait kompensasi bagi buruh yang dipaksa bekerja pada masa perang mengganggu hubungan kedua sekutu Amerika Serikat itu.
Perselisihan tersebut merupakan titik api paling terbaru dalam hubungan yang sudah lama membayangi kebencian Korea Selatan terhadap pendudukan Semenanjung Korea oleh Jepang pada 1910-1945 khususnya gara-gara "wanita penghibur" Korea Selatan, kata-kata halus bagi wanita Korea yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang sebelum dan selama Perang Dunia Kedua.
Masalah paling terbaru mengenai buruh yang dipaksa kerja itu dapat mengganggu pemasokan global "memory chip" dan telepon seluler cerdas. Samsung Electronics Co dan SK Hynix Inc - pembuat memory chip terbesar di dunia dan pemasok kepada Apple dan Huawei Technologies dari China - bisa menghadapi penundaan.
"Boikot merupakan cara paling cepat bagi warga untuk menyatakan kemarahan mereka," kata Choi Gae-yeo, pegiat Gerakan bagi Satu Korea, yang mengadakan unjuk rasa di depan satu perusahaan dealer dan ritel mobil Jepang di Seoul pekan ini. "Banyak orang marah atas sikap pemerintah Jepang."
Perselisihan terkait kerja paksa meledak tahun lalu ketika satu pengadilan Korea Selatan memerintahkan Nippon Steel, Sumitomo Metal Corp dan Mitsubishi Heavy Industries Ltd dari Jepang membayar ratusan ribu dolar kepada para penggugat Korea Selatan.
Jepang tetap mengatakan isu buruh yang dipaksa kerja sudah sepenuhnya diatasi tahun 1995 ketika dua negara itu memulihkan hubungan diplomatik dan telah mengecam fatwa pengadilan itu "tak terpikirkan".
Jepang mengatakan pada Senin pihaknya akan memperketat pembatasan-pembatasan mengenai ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi yang digunakan dalam display telepon cerdas dan chip ke Korea Selatan terkait dengan perselisihan tersebut.
Pembatasan itu mulai berlaku pada Kamis, yang menyulut seruan-seruan untuk pembalasan di Korea Selatan.
Hampir 25.000 orang hingga Jumat telah menandatangani petisi yang diunggah di laman kantor kepresidenan Korea Selatan yang menyerukan boikot produk-produk Jepang dan bagi wisatawan-wisatawan agar tak berkenjung.
Pemerintah harus menanggapi petisi yang sudah mendapat 200.000 tandatangan dalam sebulan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu AS akan bicarakan nuklir dengan Jepang, Korsel
Baca juga: Jepang-Korsel beda pandangan soal Kim Jong-Un
Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019