Sidoarjo (ANTARA) -- Inisiatif Kementerian Pertanian mengadopsi teknologi digitalisasi pertanian pada berbagai alat mesin pertanian (Alsintan) seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, alsin panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obot tanam dalam rangkan memacu pertumbuhan produksi mendulang respon positif dari masyarakat, khususnya generasi milenial.

Farid (35), salah seorang hadirin di acara Soft Launching Membangun Pertanian 4.0 yang digelar di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu, menilai pengimplementasian teknologi pada sektor pertanian diharapkan akan mendongkrak produksi pertanian.

"Semuanya terotomasi sehingga diharapkan, tak hanya dapat meningkatkan produksi pertanian, tapi juga meningkatkan kesejahteraan para petani," ujarnya.

Lebih dari itu, Farid mengaku bangga karena hampir semua hasil panen bisa dibeli secara daring. Terlebih, kemudahan ini bisa diakses oleh masyarakat luas dengan mengunjungi website resmi toko tani kementerian pertanian.

"Beli sayur mayur, daging, telur, buah dan hasil produksi petani bisa dengan menekan klik. Sebagai anak muda, saya juga merasa tertantang dengan perkembangan yang ada ini," katanya.

Pengadopsian teknologi digitalisasi pada alsintan diperkirakan sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi waktu dan biaya hingga 40 persen untuk pengolahan tanah, 20 persen untuk proses penanaman, dan 28,6 persen untuk penyiangan.

Mentan Amran Sulaiman, menjelaskan bahwa metode ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas sampai 0,3-1,8t atau 3,5–30,6 persen. Secara finansial, pola ini juga terbukti telah meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 1,3 juta hingga Rp 5 juta, atau dengan kata lain meningkat sebesar 19,10 hingga 41,23.

"Di sisi lain, pengadaan barang dan jasa melalui e-catalog bisa menghemat anggaran negara hingga Rp1,2 triliun. Penghematan ini digunakan untuk pembelian alat mesin pra panen dan pasca panen," katanya.

Selanjutnya, modernisasi pertanian juga sukses meningkatkan kesejahteraan pada Nilai Tukar Petani (NTP) maupun Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Kedua item ini meningkat masing-masing sebesar 5,45 persen dan 0,42 perse selama periode 2014-2018.

"Dampak lain dari peggunaan mekanisasi ini mampu menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan sebesar 33,83 persen. Walau begitu, harga yang diterima petani menurun (deflasi) akibat produksi melimpah," tukasnya.


Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019