Jakarta (ANTARA) - Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Menurut dokter Tjin Willy dari Alodokter, gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, di antaranya skizofrenia.
Berdasarkan WHO, diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderita skizofrenia juga berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Di samping itu, setengah penderita skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.
Gejala Skizofrenia
Gejala awal skizofrenia umumnya muncul di masa remaja. Oleh karena itu, gejala awal ini sering disalahartikan, karena dinilai wajar terjadi pada masa remaja.
Pada pria, gejala awal muncul di usia 15-30 tahun. Sedangkan pada wanita, gejala biasanya menyerang kelompok usia 25-30 tahun.
Sejumlah gejala awal skizofrenia yaitu cenderung mengasingkan diri dari orang lain, mudah marah dan depresi, Perubahan pola tidur, kurang konsentrasi dan motivasi, kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif.
Gejala positif
Gejala positif mengacu pada perilaku yang tidak tampak pada individu yang sehat.
Pertama, halusinasi. Pada gejala ini, seseorang mengalami sesuatu yang terasa nyata, namun sebenarnya perasaan itu hanya ada di pikiran penderitanya. Misalnya, merasa mendengar sesuatu, padahal orang lain tidak mendengar apapun.
Kedua, delusi atau waham yang meyakini sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataan. Gejalanya beragam, mulai dari merasa diawasi, diikuti, bahkan sedang Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami gejala ini.
Ketiga, kacau dalam berpikir dan berbicara. Gejala ini dapat diketahui dari kesulitan penderita dalam berbicara.
Penderita skizofrenia sulit berkonsentrasi, bahkan membaca koran atau menonton televisi saja terasa menyulitkan. Caranya berkomunikasi juga membingungkan, sehingga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.
Keempat, perilaku kacau. Perilaku penderita skizofrenia sulit diprediksi. Bahkan cara berpakaiannya juga tidak biasa. Secara tidak terduga, penderita dapat tiba-tiba berteriak dan marah tanpa alasan.
Gejala negatif
Sementara itu, gejala negatif mengacu pada hilangnya minat yang sebelumnya dimiliki oleh penderita. Gejala negatif dapat berlangsung beberapa tahun, sebelum penderita mengalami gejala awal.
Seringkali, hubungan penderita dan keluarga rusak akibat gejala negatif. Hal ini karena gejala negatif seringkali disalahartikan sebagai sikap malas atau tidak sopan.
Gejala negatif umumnya muncul bertahap dan memburuk seiring waktu, di antaranya adalah respons emosional yang ganjil, seperti ekspresi wajah dan nada bicara yang tidak berubah (monoton), sulit untuk merasa senang atau puas, enggan bersosialisasi dan lebih memilih berdiam di rumah, kehilangan minat dan motivasi pada berbagai aktivitas, seperti menjalin hubungan atau berhubungan seks.
Penderita penyakit ini juga punya pola tidur yang berubah, merasa tidak nyaman berada dekat orang lain, dan tidak mau memulai percakapan serta tidak peduli pada penampilan dan kebersihan diri.
Baca juga: Memahami skizofrenia, kanker jiwa
Baca juga: Kurang vitamin D berisiko kena skizofrenia
Baca juga: Idap gangguan jiwa, tersangka tak kehilangan fungsi kehidupannya
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019