Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengakui adanya sejumlah pertimbangan tertentu yang membuat dirinya tidak segera memutuskan mencalonkan diri pada pilpres 2009. Kepada pers yang menjumpai di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu, Sri Sultan menjelaskan sejumlah alasan itu diantaranya belum tuntasnya UU tentang keistimewaan Yogyakarta. "Aceh, Papua, dan DKI Jakarta sudah selesai UU tentang keistimewaan masing-masing, sementara untuk Yogyakarta masih belum jelas nasibnya," katanya. Selain itu, ia menambahkan bahwa posisinya sebagai seorang Sultan, yang pada hakekatnya adalah pengayom dan abdi masyarakat, bisa menimbulkan konflik kepentingan jika pada saat bersamaan juga berorientasi kekuasaan. Ditegaskannya bahwa jabatan itu adalah sebuah amanah dan bukan untuk dicari-cari atau mengambil kesempatan berkuasa. "Jadi akan bertabrakan dong Sultan sekaligus pejabat negara," katanya beralasan. Mengenai hasil banyak survei yang menunjukkan bahwa popularitas dirinya terus meningkat dibandingkan kandidat lainnya, Sri Sultan mengatakan bahwa dirinya tidak mau terkecoh oleh survei. Hasil survei itu, menurut dia, bisa jadi justru menjebak dan berbalik menjadi tidak menguntungkan. Ia juga mempertanyakan apakah hasil-hasil survei itu benar-benar faktual atau tidak. "Bisa jadi popularitas tinggi karena saya tidak men`declare` dan setelah mendeklarasikan diri justru angkanya turun," ujarnya. Jadi, ia menambahkan, modal sebesar tujuh persen suara (berdasarkan hasil survei-survei popularitas capres) itulah yang sekarang harus dipelihara. "Tentunya kalau kita sudah men-'declare' itu kan untuk menang dan bukan untuk kalah," ujarnya seraya menambahkan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk mendeklarasikan diri karena risikonya terlalu besar. Sultan juga mengatakan bahwa selama ini dirinya telah banyak berkeliling ke berbagai daerah guna mendengar aspirasi rakyat. Dari hasil berkeliling itu Sultan mengakui bahwa ia bisa mengukur sinyal-sinyal dari masyarakat apakah mendukung atau tidak terhadap dirinya. Namun demikian, menurut dia, secara umum rakyat menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan hiruk pikuk demokrasi pada saat berbagai kebutuhan primer mereka sulit terpenuhi. "Kondisi keinginan perubahan nasib rakyat kecil inilah yang harus ditangkap oleh mereka-mereka yang akan tampil di 2009 nanti," ujarnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008