Banda Aceh (ANTARA News) - Puluhan ribu warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten Simeulue, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) panik dan bersiap untuk naik ke gunung, setelah gempa berkekuatan 6,6 pada Skala Richter (SR) menguncang wilayah itu, pukul 15.08 WIB, Rabu. Kepala Distrik Badan Rahabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias, Iqbal Abbas, yang dihubungi ANTARA dari Banda Aceh, menjelaskan masyarakat pesisir berkumpul di lapangan dengan membawa harta bendanya bersiap naik ke gunung karena khawatir tsunami. "Masyarakat berbondong-bondong berkumpul di lapangan terbuka saat gempa dan mereka bersiap-siap naik ke gunung karena khawatir terjadi tsunami akibat gempa yang tergolong kuat melanda daerah kami," katanya. Ia menjelaskan, teras kantor desa Nitem, Kecamatan Simeulue Barat jatuh ke lantai akibat gempa tersebut. Sejauh ini belum diketahui adanya kerusakan bangunan, baik gedung maupun rumah penduduk yang hancur atau rusak akibat gempa, tambahnya. Iqbal menjelaskan, sejauh ini jaringan telekomunikasi ke kota Sinabang, ibukota Kabupaten Simeuleu tidak bisa terakses. Jaringan telepon sejauh ini belum bisa terakses ke Sinabang, sehingga belum bisa mengetahui kondisi disana akibat gempa, ujar dia. Kabupaten kepulauan Simeulue, sekitar 100 mil dari daratan Aceh (Aceh Barat), merupakan salah satu daerah jalur gempa dan gejala alam tersebut sering melanda wilayah itu. Sementara dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, dilaporkan ribuan warga yang berdekatan dengan pantai juga panik akibat gempa yang melanda wilayah tersebut. Masyarakat di wilayah tersebut khawatir terjadi tsunami seperti yang pernah melanda wilayah tersebut pada 26 Desember 2004. Jalan-jalan raya di Meulaboh, terutama dari arah pesisir laut sempat macet sekitar satu jam dan banyak terjadi kecelakaan lalulintas, kata seorang penduduk Meulaboh. Dilaporkan sejumlah lembaga pendidikan di wilayah mempercepat masa belajar karena kuatir gempa susulan. Puluhan ribu warga dari Desa Kuta Padang, Ujung Kalak, Suak Ribee dan Rundeng, berlariang ke Desa Lapang yang posisinya di atas bukit. Hingga berita ini disiarkan, masyarakat di kabupaten kelahiran Pahlawan nasional itu masih bertahan di luar rumah karena kuatir gempa susulan. (*)

Pewarta:
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008