Dili (ANTARA News)- Militer Timor Leste telah menghentikan operasi pengejaran terhadap para pemberontak yang dituduh terlibat usaha pembunuhan terhadap dua pemimpin penting negara itu, kata panglima militernya Brigjen Taur Matan Ruak, Rabu. Pasukan perdamaian yang dipimpin Australia bersama dengan polisi PBB, polisi nasional dan militer telah mencari paling tidak 17 tentara yang memberontak yang dituduh berusaha membunuh presiden serta perdana menteri negara itu pada 11 Februari. "Kenapa kita harus datang ke tempat-tempat yang kosong?" tanya Matan Ruak tentang operasi yang dipusatkan di bukit-bukit dekat Dili itu. "Kami telah membatalkan operasi-operasi kami...membatalkan bukan berarti tidak akan ada lagi operasi," kata brigjen itu, tanpa menjelaskan lebih jauh, walaupun ia mengatakan ia akan memantau situasi. Matan Ruak sudah meminta penjelasan mengenai kenapa Pasukan Stabilisasi Internasional yang dipimpin Australia di sini dan sekitar 1.700 polisi PBB gagal mencegah mobil-mobil yang membawa 20 pemberontak sampai ke rumah Presiden Jose Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao. Militer Timor Leste diperkirakan hanya berperan kecil dalam pemburuan terhadap para pemberontak, tetapi pengunduran diri mereka itu menandakan hubungan yang mengkuatirkan dengan pasukan internasional di negara itu. Ramos Horta luka parah dalam serangan itu dan dibawa dengan pesawat ke Australia, tempat ia dirawat, sementara Gusmao selamat tanpa cedera dalam serangan terhadap mobilnya. Pasukan internasional semula dikirim atas permintaan Timor Leste setelah kerusuhan tahun 2006 akibat konflik antar faksi-faksi militer dan polisi, yang memicu aksi kekerasan di jalan jalan yang menewaskan 37 orang. Pemimpin tentara yang memberontak yang memicu kerusuhan pada tahun 2006 itu agaknya memimpin serangan pekan lalu itu dan tewas dalam baku tembak di rumah Ramos Horta. Sementara itu, AS dan Australia menyediakan personel untuk membantu pengusutan karena Timur Leste kekurangan staf forensik dan fasilitas-fasilitas, kata Jaksa Agung Longuinhos Monteiro. AS akan mengirim tiga anggota Biro Penyelidik Federal (FBI), sementara Australia menyediakan lima penyelidik, katanya. Mereka diperkirakan akan berada di Timor Leste selama dua sampai tiga minggu, tambah Monteiro, seperti dilaporkan AFP. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008