Jakarta (ANTARA) - Kemenko Maritim melalui Kedeputian Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa meninjau lahan garam di Kabupaten Pidie, Aceh, yang produksinya menggunakan sistem "tunnel".
Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi, dan Nonkonvensional Kemenko Maritim Amalyos dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, mengatakan masyarakat Pidie sudah mulai menerapkan inovasi produksi garam dengan sistem tunnel, yang dikelola masyarakat baik perorangan maupun kelompok dalam bentuk koperasi.
Proses pembuatan garam dalam sistem tunnel dilakukan secara tertutup mulai dari proses air baku dari laut menjadi air tua dan berakhir di meja kristalisasi yang akan menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih baik, putih dan bersih.
Sistem tunnel itu diklaim akan menghasilkan produksi garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem garam rebus yakni mencapai 10-12 kali lipat.
"Di Pidie ini petambak garam mulai 'welcome' (menerima) sistem ini, sehingga nantinya akan lebih cepat diadopsi oleh petambak garam di kabupaten lainnya. Selain itu, permintaannya juga mendukung sehingga ke depan kita dapat dorong lagi pengembangannya di 6-8 kabupaten lainya yang potensial untuk dikembangkan sebagai sentra produksi garam, dan diharapan dengan inovasi sistem tunnel ini dapat berkontribusi positif bagi pembangunan dan pengembangan komoditas pergaraman nasional," ungkapnya.
Amalyos menambahkan, kawasan tambak garam di Pidie juga potensial untuk menjadi eduwisata. Menurutnya, lokasi pergaraman dengan sistem rebus dan sistem tunnel ini dapat dijadikan sebagai wahana edukasi bagi para pelajar, agar mereka bisa mempelajari cara pembuatan garam baik secara konvensional maupun dengan cara yg lebih modern dan inovatif.
"Nantinya kita akan mencoba memfasilitasi pelaksanaannya, dengan membawa mereka (pelajar) semua ke sini, dan petambak garamnya selaku narasumber kita minta memberikan penjelasan kepada pelajar/siswa tersebut tentang proses pembuatan garam konsumsi/meja yang biasa tersedia di rumah mereka dan senantiasa mereka konsumsi," tambahnya.
Lokasi tambak garam di Pidie, menurut Amalyos, juga bisa dikembangkan dengan inovasi lainnya dengan cara mencampur dengan ekstrak rempah-rempah sehingga menjadi garam spa yang akan memberikan nilai tambah sehingga penghasilan atau pendapatan petambak garam akan meningkat.
Garam yang dihasilkan di Pidie ini diharapkan tidak hanya sebagai bumbu dapur saja, namun bisa juga dilakukan diversifikasi, dijadikan bahan terapi ataupun untuk relaksasi dalam bentuk garam spa, atau garam aromatherapy.
Baca juga: Contoh industri garam di Kepulauan Seribu terlaksana 2020
Baca juga: Garam petani Cirebon dihargai Rp300 per kilogram
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019