Jakarta (ANTARA News) - Sistem kelistrikan Jawa-Bali pada Kamis (21/2) terancam mengalami pemadaman, apabila sejumlah pembangkit tidak beroperasi akibat gangguan pasokan bahan bakar karena cuaca buruk. General Manager Pusat Pengatur dan Penyalur Beban (P3B) Jawa-Bali PT PLN (Persero), Muljo Adji AG, di Jakarta, Rabu, mengatakan terhentinya operasi sejumlah pembangkit itu menyebabkan sistem kelistrikan Jawa-Bali pada Kamis (21/2) berpotensi mengalami defisit sekitar 1.000 MW. "Dengan defisit sebesar itu, berarti sistem Jawa-Bali sudah masuk tahap darurat atau kritis," katanya. Gguna menghindari pemadaman yang meluas di Jawa dan Bali, mulai Rabu ini PLN meminta semua pelanggan mengurangi pemakaian listriknya sebesar 10-20 persen, kecuali industri yang listriknya buat kegiatan produksi, imbuhnya. "Kami juga meminta pelanggan yang memiliki genset agar mengoperasikannya untuk pemakaian sendiri sejak Kamis (21/2) besok, sampai kondisi darurat terlewati," katanya. Menurut Muljo, sampai saat ini kondisi cuaca di Laut Jawa masih belum membaik, dengan kecepatan angin pada Rabu pagi sekitar sekitar 35 km/jam dan tinggi gelombang mencapai 2,5 hingga 3 meter. Dikatakannya, sejumlah pembangkit yang berhenti operasi kalau kondisi cuaca masih belum membaik antara lain PLTU Tanjung Jati, Jateng pada Kamis (21/2). Saat ini, dari dua unit pembangkit itu, hanya satu unit yang beroperasi dengan beban minimal 250 MW. Selanjutnya, PLTU Cilacap akan berhenti operasi pada Kamis (21/2). "Pada Selasa (19/2) malam, pembangkit unit 1 berhenti operasi dan unit 2 hanya beroperasi dengan beban minimal 160 MW," ujarnya. Saat ini, katanya, stok bahan bakar solar di PLTGU/PLTU Muara Karang juga sudah habis, sedangkan minyak bakar akan habis pada Kamis (21/2). Saat ini, pembangkit itu hanya beroperasi 475 MW. "Stok HSD PLTGU Muara Tawar juga mulai terbatas dan Rabu ini, tiga unit di antaranya sudah tidak bisa beroperasi," tambahnya. Sementara itu, pasokan batubara ke PLTU Paiton yang dioperasikan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) akan masuk 6.000 ton pada Rabu ini, 16.000 ton pada Kamis (21/2), dan 16.000 ton pada Jumat (22/2). "Bila bongkar muat batubara dapat dilakukan, maka Paiton PJB tetap beroperasi," lanjut Muljo. Sedangkan, stok batubara PLTU Suralaya, dan PLTU Paiton yang dioperasikan PT Jawa Power dan PT Paiton Energy Company masih cukup hingga di atas 20 hari. (*)
Copyright © ANTARA 2008