Yogyakarta (ANTARA News) - Target pertumbuhan ekonomi 2008, meskipun telah diturunkan dari 6,8 persen menjadi 6,4 persen, diperkirakan masih sulit dicapai karena pengaruh ekonomi global yang kurang mendukung ekonomi dalam negeri, demikian pendapat salah seorang pengamat ekonomi dari Yogyakarta. Menurut pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahmad Ma`ruf SE MSi di Yogyakarta, Selasa, kenaikan harga minyak dunia telah mengakibatkan harga kebutuhan pokok di dalam negeri terus melambung, sehingga dikhawatirkan memicu kenaikan laju inflasi. "Kondisi itu terjadi karena pertumbuhan ekonomi dalam kurun lima tahun terakhir lebih banyak disokong oleh sektor konsumsi," katanya. Ia menjelaskan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen hanya dapat dicapai jika perekonomian tidak diganggu oleh kejadian ekstrim seperti bencana alam yang penanganannya memerlukan belanja fiskal yang besar. Bencana alam juga akan mengganggu iklim investasi. Menurut dia, target pertumbuhan ekonomi 2008 yang realistis adalah 5,5 hingga 6 persen. Target realistis itu pun hanya dapat tercapai jika pemerintah mampu mengendalikan kenaikan harga kebutuhan pokok."Sebenarnya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen sudah cukup bagus, tapi kalau 6,4 persen masih terlalu optimistis," katanya. Ia mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, maka pemerintah harus berusaha keras untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, karena harga kebutuhan pokok yang terus naik akan memicu inflasi. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008