Denpasar (ANTARA News) - Aksi penyelundupan sembako disinyalir masih saja terus berlangsung dari daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) ke negeri tetangga Timor Leste. "Tidak hanya sembako, penyelundupan senjata di daerah perbatasan antarnegara itupun nampaknya masih ada," kata Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI GR Situmeang, di Denpasar, Selasa. Ketika melakukan tatap muka dengan jajaran pers di Bali, Pangdam mengatakan, aksi penyelundupan yang dilakukan para pedagang liar, selama ini memanfaatkan kelengahan para petugas yang siaga di garis perbatasan. Pangdam pengakui kalau patroli dari petugas tentu tidak secara terus menerus siang dan malam dapat mengawasi garis perbatasan yang panjangnya lebih dari 140 kilometer. Selain cukup panjang, di garis perbatasan NTT dengan Timor Leste itu juga cukup banyak ditemukan lubang-lubang "tikus". "Nah, di tempat-tempat itu mereka menyelundupkan sembako, bahkan mungkin senjata saat kawasan tersebut luput dari pengawasan petugas," katanya. Pangdam mengungkapkan, aksi penyelundupan sembako ke wilayah Timor Leste masih sangat dimungkinkan dilakukan para pedagang liar sehubungan harga berbagai kebutuhan di negeri tetangga jauh lebih tinggi ketimbang di NTT. "Sembako dan berbagai barang-barang lainnya, harganya jauh lebih tinggi. Ini yang merangsang para pedagang menyelundupkan barang ke Timor Leste," katanya. Kendati demikian, jumlah aksi tersebut tidak semarak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kata panglima tanpa merinci jumlah kasus yang sempat terjadi. Mengenai personel keamanan yang disiagakan, Pangdam menyebutkan, selama ini pihaknya menempatkan sebanyak 1.339 personel TNI dengan persenjataan lengkap di garis perbatasan yang memanjang lebih dari 140 kilometer. "Pasukan sebanyak itu ditempatkan pada 26 pos yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, dan 13 pos lain yang melingkar di daerah Okusi," katanya. Panglima menyebutkan, meski kondisi di daerah perbatasan masih cukup tenang, namun petugas tetap disiagakan dengan cukup ketat, yang sewaktu-waktu mengecek keberadaan orang yang melintas batas.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008