Jakarta (ANTARA News) - Interupsi dari beberapa anggota DPR mengawali Rapat Paripurna DPR dengan agenda penyampaian Laporan Tim Pengawas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (TP2LS), akibat belum dibagikannya laporan tertulis kepada anggota DPR yang mengikuti rapat. Rapat Paripurna DPR yang dipimpin Wakil Ketua Soetardjo Soejogoeritno (Mbah Tardjo) di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa, akhirnya diskors selama lima menit untuk memberi kesempatan kepada staf Setjen DPR membagikan laporan tertulis tim tersebut. Interupsi terjadi setelah Mbah Tarjo mempersilakan Ketua TP2LS, Tjahjo Kumolo, agar menyampaikan laporan tertulis tim. Baru beberapa menit mengawali laporan, Syaifullah Ma`sum (PKB) dan Djoko Susilo (PAN) melakukan interupsi mengenai tidak adanya bahan tertulis berisi laporan TP2LS yang diterima anggota DPR. Mbah Tarjo meminta anggota DPR bersabar karena bahan tertulis akan disampaikan melalui fraksi. Namun Djoko tidak setuju dengan mekanisme distribusi yang ditawarkan Mbah Tardjo karena tidak sesuai dengan hasil rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPR. "Sebaiknya, rapat ini ditunda sampai laporan tertulis diterima anggota DPR," katanya yang disetujui anggota Dewan lainnya dan Mbah Tardjo pun menunda rapat selama lima menit. Rapat paripurna juga dihadiri delegasi DPRD Sidoarjo dan sejumlah masyarakat korban luapan lumpur Lapindo yang berada di balkon ruang rapat. Saat menunggu persidangan dimulai, Ketua FKB DPR Effendy Choirie meminta Mbah Tardjo segera membuka kembali persidangan karena skors sudah berlangsung lima menit. Saat itu, Mbah Tardjo belum membuka persidangan, tiba-tiba penggaas inetrpelasi luapaun lumpur Sidoarjo Yacobus Mayong Padang (Kobu) dari Fraksi PDIP meminta pendukung interpelasi luapaun lumpur berkumpul setelah rapat paripurna tersebut. Mbah Tarjo kemudian menawarkan agar sidang dibuka kembali sambil menunggu distribusi laporan tertulis dari TP2LS. Namun tawaran itu ditolak sejumlah anggota DPR. "Sabar itu subur," kata Mbah Tardjo. Djoko Susilo menyatakan, DPR harus memikirkan ribuan korban luapan lumpur. "Nasib ribuan korban lumpur dipertaruhkan di sini," kata Djoko. (*)
Copyright © ANTARA 2008