Jakarta (ANTARA) - Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) memberi Indonesia peluang untuk mengembangkan kapasitas industri guna melayani kebutuhan pasar luar negeri maupun dalam negeri.

"Berpotensi menggantikan barang-barang yang selama ini diimpor dari China oleh AS. Ekspor yang bisa dialihkan dari China ke Indonesia yaitu industri padat karya, makanan, maupun mainan," ujar Peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Mari Elka Pangestu.

Pernyataan tersebut disampaikan Mari Elka Pangestu usai diskusi "Hubungan China dan AS di Jakarta, Rabu.

Yang jadi masalah, lanjut dia, kapasitas Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.

"Masalah utamanya itu ada gak sih kapasitas kita. Karena itu kita mendorong investasi di dalam negeri melalui strategi jangka pendek, menengah, maupun panjang," kata dia.

Ia juga mengatakan Indonesia belum mampu bersaing dengan Malaysia, Thailand, maupun Vietnam di bidang industri elektronik karena tidak banyak pusat produksi elektronik di dalam negeri.

Disamping itu, Indonesia harus menjaga hubungan secara baik dengan China dan Amerika Serikat.

"Ibarat, dua gajah berantem kita tidak mau kegencet dari salah satu mereka. Kira harus melakukan pendekatan yang berimbang, kita tidak mau memihak salah satu negara," ujar mantan menteri perdagangan itu.

Mari mengatakan Indonesia harus bisa menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua negara ini.

Baca juga: Zhu Feng: Kebijakan AS kepada China tidak adil

Baca juga: CIPS prediksi perang dagang akan berlanjut seusai KTT G20

Baca juga: Menteri Susi: Perang dagang seharusnya untungkan Indonesia

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019