Jakarta (ANTARA) - Manajemen PT Jakarta Propertindo (Jakpro) menyatakan bahwa Taman Ismail Marzuki (TIM) akan tetap beroperasi, meski mulai hari ini, Rabu, menjalani pengerjaan proyek revitalisasi.
"Untuk Planetarium dan segala macam masih beroperasi,' ujar Dirut Jakpro Dwi Wahyu Daryoto pada peletakan batu pertama (groundbreaking) TIM, Jakarta Pusat, Rabu.
Dwi mengatakan pengerjaan revitalisasi tahap pertama TIM akan difokuskan pada sisi bagian kiri. Area yang tidak terdampak pada pengerjaan tahap pertama itu akan tetap berkegiatan seperti biasa.
Baca juga: Kawasan Cikini akan jadi koridor seni budaya
Baca juga: Revitalisasi Taman Ismail Marzuki telan anggaran Rp1,8 triliun
Dwi juga menyebut bahwa sejumlah penyewa tempat di TIM telah memilih pindah sebelum proyek revitalisasi dimulai.
Nantinya, setelah proyek revitalisasi tersebut rampung, para seniman dapat menyewa kios-kios baru yang telah disediakan dengan harga yang telah disesuaikan.
Dwi menyatakan telah melakukan pembicaraan dengan seniman terkait harga sewa tempat setelah proses revitalisasi selesai.
"Kita sudah bahas dengan beberapa pihak terkait termasuk pihak seniman tentunya kita ada penyesuaian-penyesuaian," kata Dwi.
Baca juga: Proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki resmi dimulai
Baca juga: Anies ajak warga Jakarta kunjungi pameran JIPFest
Sebelumnya, Proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, dilakukan mulai hari ini, usai acara peletakan batu pertama yang dihadiri dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Dalam perencanaan ditargetkan bisa selesai Juni 2021. Jadi, pada 2021 bulan Juni saat merayakan ulang tahun Jakarta ke-495, saat itu kita punya wajah baru Jakarta dalam bentuk TIM yang baru,” kata dia saat memberikan sambutan di TIM Jakarta Pusat, Rabu.
Untuk pemutakhiran dan peningkatan kawasan pusat seni menuju tingkat internasional itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelontorkan APBD sebesar RP1,8 triliun.
Baswedan pun berharap agar kelak Taman Ismail Marzuki--yang digagas Gubernur DKI Jakarta (saat itu) Ali Sadikin--dapat menjadi pusat seni yang tak hanya dikenal di Indonesia, namun hingga ke Asia, bahkan ke seluruh dunia.
Pewarta: Fathur Rohman
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019